Kinerja Ekspor Stagnan, BI Peringatkan Kemampuan Bayar Utang
- REUTERS
VIVA.co.id – Bank Indonesia (BI) menyampaikan, debt to service ratio atau rasio kemampuan bayar utang dari penerimaan ekspor dalam negeri sudah dalam tahap waspada. Sebab, kinerja rasio ekspor Indonesia masih relatif stagnan lantaran harga komoditas yang belum pulih
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menyarankan, Indonesia sebaiknya lebih berhati-hati lantaran akan memengaruhi porsi pinjaman Indonesia dari utang luar negeri.
"Kita melihat bahwa rasio ekspor yang relatif belum tumbuh karena harga komoditas yang belum membaik itu membuat rasio service kita perlu diwaspadai. Tentunya ini akan berpengaruh ke porsi pinjaman utang luar negeri," ujar Agus di kantornya, Senin, 19 September 2016.
Meskipun demikian, lanjut Agus, berutang tidak menjadi masalah asal digunakan untuk kegiatan yang produktif di dalam negeri. Selama ini pun, pemerintah Indonesia juga menjaga stabilitas utang luar negeri.
"Dan selama ini yang kita jaga adalah penggunaan untuk yang produktif dan didukung oleh hedging (lindung nilai), sehingga tidak membuat risiko nilai tukar rupiah," tuturnya.
Agus mengaku, memang porsi utang swasta sudah lebih besar dari pemerintah. Namun mayoritas dari utangnya adalah jangka panjang dan yang lebih besar adalah non-bank.
"Kita melihat bahwa secara umum yang non-bank semua terkendali. Namun untuk yang swasta dengan BI mengeluarkan peraturan untuk kehati-hatian," ujarnya.