Iklim Bisnis Properti di Indonesia Masih Progresif
- Vivanews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVA.co.id – Dalam gelaran acara Indonesia Property Awards (IPA) 2016, Ketua Dewan Juri, Hendra Hartono, mengatakan, walaupun kondisi ekonomi sedang tidak bergairah, namun iklim bisnis properti di Indonesia tidak bisa dikatakan menurun.
Sebab, menurutnya ada lima belas gedung di Jakarta, yang diakui di Asia sebagai gedung super tinggi. Hal itu sebagai bukti progresifnya sektor properti di ibu kota Jakarta.
"Indonesia di mata Asia dan dunia dari segi properti itu tidak kalah. Saat ini ekonomi memang tidak sebergairah lima tahun lalu. Tapi uniknya, di Jakarta ada lima belas gedung yang disebut super tall building di Asia," kata Hendra di sebuah hotel kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 15 September 2016.
Meski tidak menyebut gedung mana saja yang dimaksud, namun Hendra menekankan bahwa bisnis properti di Indonesia masih bisa dikatakan prospektif.
Apalagi, sejumlah metode operasional dari bisnis properti pun telah melakukan terobosan. Seperti misalnya pemberdayaan penduduk lokal sebagai bagian dari tenaga kerjanya.
"Hotel terbaik di dunia menurut travel and leisure, beberapa itu adanya di Sumba, NTT (Nusa Tenggara Timur). Di sana bukan hanya konsep, tapi dari CSR-nya (tanggung jawab sosial perusahaan) pun 90 persen staf mereka adalah penduduk setempat," kata Hendra.
"Mereka diajarkan bahasa Inggris dan mengembangkan diri sebagai bagian dari pekerja hotel. Namun yang mengembangkannya memang para pengembang asing," ujarnya menambahkan.
Oleh karenanya, Hendra menegaskan jika pengembangan sektor properti semestinya tidak hanya terpaku pada aspek bisnis semata. Dirinya menekankan pentingnya mengusung green environmental (ramah lingkungan), agar bisa menarik minat para investor untuk tidak hanya berinvestasi, tapi juga tinggal di Indonesia.
Hal ini diakuinya turut berperan mengangkat nama Indonesia dalam dunia bisnis properti, sebagai salah satu negara dengan kota yang nyaman untuk ditinggali. Sebab, aspek ini diyakini turut membantu perkembangan dunia bisnis, pada sektor properti di tanah air.
Dibeberkannya, Jakarta menurut Economic Intellegence Unit masih masuk rangking ke-56 sebagai kota ternyaman di dunia, di bawah Mumbai dan Kairo.
"Di Jakarta ini, jika bicara properti, maka tidak terlepas dari aspek lingkungan, maka kita harapkan Jakarta juga bisa jadi lebih nyaman. Sehingga, investor luar negeri juga bisa tinggal di sini, dan tidak hanya berinvestasi saja lalu pergi lagi," ujarnya.