Bahaya yang Terjadi Jika Suhu Bumi Naik Lebih dari 2 Derajat
- REUTERS/Dominic Ebenbichler
VIVA.co.id – Laporan NASA, yang menyebut Agustus sebagai bulan terpanas dalam sejarah, patut diwaspadai. Meski kenaikan per tahun masih masih 0,98 derajat celsius namun angka itu harus terus dijaga.
Pengamat perubahan iklim, yang juga ilmuwan ahli teknologi kelautan, Alan Fredy Koropitan, mengatakan bahwa angka kenaikan iklim tersebut harus dijaga. Jika melebihi target yang sudah ditetapkan maka iklim akan semakin sulit untuk dikendalikan.
"Para ahli menyatakan, jaga sampai dua derajat. Hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), dua derajat itu adalah batas memungkinkan bagi kita untuk bisa mengendalikan iklim, dalam konteks karbondioksida di atmosfer. Kalau melewati, artinya iklim akan semakin sulit dikendalikan, sulit diprediksi dan sulit diantisipasi. Jangan sampai target itu terlewati, bisa bahaya," ujar Alan, kepada VIVA.co.id, Rabu, 14 September 2016.
Oleh karena itu, lanjut Alan, laporan ini merupakan peringatan yang harus ditindaklanjuti dengan tindakan. Masyarakat dunia harus semakin giat menurunkan emisi gas rumah kaca.Â
Saat pertemuan konferensi perubahan iklim beberapa waktu lalu, dijelaskan Alan, telah ditetapkan berapa persen tiap negara harus berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca. Indonesia telah menyanggupi turun sampai 29 persen dari total emisi.
"Antisipasi lain adalah memperkuat data iklim. Saya sayangkan, negara Indonesia yang kepulauan tapi justru tidak memiliki pusat data kelautan. Padahal Amerika sudah memiliki data dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang mampu memprediksi secara akurat, baik permukaan bumi maupun variabilitas iklim," kata Alan.
Di Indonesia pun, kata Alan, tren peningkatan panas terjadi. Hanya saja kenaikannya kecil dan berbeda-beda di setiap wilayah Tanah Air.Â
"Negara harus menurunkan emisi gas rumah kaca. Data yang dirilis NASA ini memberikan peringatan ke semua negara. Perlu komitmen namun tidak mudah menurunkan kebiasaan kita. Berbicara itu perlu inovasi, riset, setelah itu ada investasi. Mahal, iya, tapi harus dilakukan. Kenaikan suhu bumi harus ditekan. Paling tidak konstan, bisa turun," katanya.
Laporan yang diterbitkan pada 12 September lalu, NASA mengungkapkan bahwa pada Agustus 2016, mengalami suhu global yang memecahkan rekor bulan sebelumnya. Bahkan, suhu di bulan ke delapan itu terhitung yang terpanas yang pernah dicatat sejak tahun 1880-an.
Dari pengukuran suhu menunjukkan bahwa suhu Agustus naik mencapai 1,8 derajat Fahrenheit (0,98 derajat celsius), yang artinya lebih panas dari rata-rata temperatur Agustus tahun 1951 sampai 1980. Atau tercatat 0,29 derajat Fahrenheit (0,16 derajat celsius) yang paling panas dibanding Agustus 2014. Itu merupakan bulan Agustus yang paling panas kedua untuk saat ini.