14-09-1960: OPEC Berdiri
- www.britannica.com
VIVA.co.id – Hari ini 56 tahun silam, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) berdiri di Baghdad, Irak.
Melansir situs opec.org, pendiri organisasi negara kaya minyak ini ada lima negara, yakni Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela. Sementara kantor pusatnya berlokasi di Jenewa, Swiss.
Namun, setelah lima tahun keberadaannya, kantor pusat OPEC berpindah ke Wina, Austria, tepatnya, pada 1 September 1965. Setelah satu tahun berdiri, sembilan negara lainnya menyatakan bergabung.
Kesembilan negara tersebut adalah Qatar (1961), Libya (1962), Indonesia (1962 - ditangguhkan keanggotaannya sejak Januari 2009-Desember 2015), Uni Emirat Arab (1967), Aljazair (1969), Nigeria (1971), Ekuador (1973 - ditangguhkan keanggotaannya sejak Desember 1992-Oktober 2007), Angola (2007) serta Gabon (1975 - dihentikan keanggotaannya pada Januari 1995, namun kembali bergabung pada Juli 2016).
Tujuan dari OPEC didirikan untuk menegosiasikan masalah-masalah mengenai produksi, harga dan hak konsesi minyak bumi dengan perusahaan-perusahaan minyak dunia.
OPEC memungkinkan negara anggotanya untuk menjamin pendapatan mereka dengan mengkoordinasi kebijakan dan harga minyak, di mana dua-pertiga dari cadangan minyak dunia dan setengah ekspor minyak dunia dimiliki negara anggota OPEC.
Taring OPEC dalam pentas politik dunia kali pertama ditunjukkan pada tahun 1970-an. Ketika Perang Yom Kippur meletus di Timur Tengah, Amerika Serikat membantu Israel dalam upayanya melawan Mesir dan Suriah.
Sebagai respons, OPEC lantas menerapkan embargo minyak yang ditargetkan kepada AS dan Eropa Barat.
Embargo berlangsung pada 19 Oktober 1973-17 Maret 1974. Kebijakan ini ternyata berakibat luas. Efek langsung meliputi inflasi dan resesi ekonomi di Negeri Paman Sam dan negara-negara lain yang menjadi target embargo.
Pemilik mobil di AS sempat dibatasi untuk hanya membeli bensin pada hari tertentu serta penerapan pelat nomor genap-ganjil untuk beroperasi bergantian.
Tak hanya itu, embargo minyak juga mendorong produsen mobil memproduksi kendaraan berukuran lebih kecil dan hemat bahan bakar.