Penjualan Lesu, Pedagang Hewan Kurban Mengeluh
- VIVA/Anwar Sadaat
VIVA.co.id – Lima hari menjelang hari raya Idul Adha 1437 Hijriah, penjualan hewan kurban masih belum menunjukkan pergerakan yang signifikan.
"Kami menilai (penjualan tahun ini) sangat jauh berbeda dari tahun kemarin. Tahun kemarin di Bima harganya masih Rp44 ribu per kilo, sekarang sudah meningkat jadi Rp52 ribu per kilogram,” kata Haji Razak (45), yang membuka lapak sapi kurbannya di bilangan Condet, Jakarta Timur.
Pria yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB) ini mengaku, mendatangkan sapi-sapi dagangan tersebut dari kampung halamannya dengan harga modal Rp52 ribu per kilo, atau sekitar Rp20 juta per ekornya.
Kenaikan harga modal ini dinilai Razak tidak sebanding dengan daya beli pasar, karena banyak dari calon pembelinya yang masih menawar harga sapi-sapi dagangannya itu dengar kisaran harga tahun lalu.
"Jadi rata-rata modalnya ini ada yang Rp20 juta, Rp30 juta. Sedangkan rata-rata orang beli itu menawarnya antara Rp15 juta-Rp16 juta, standar harga tahun kemarin. Jadi kami merasa rugi sekali," tuturnya.
Razak mengeluhkan kenaikan sejumlah komponen modal yang dikeluarkannya, dari harga pengiriman sapi per ekor, hingga harga sewa lahan untuknya berdagang yang ikut naik dari tahun sebelumnya.
"Sehingga harga modal, ditambah biaya pengiriman Rp2,5 juta per ekor dan sewa tempat Rp1,4 juta per ekor, itu enggak ketutup sama harga jual sekarang. Akhirnya kami yang jual sapi ini bingung gimana cara jualnya. Pokoknya hancur semua kami ini," kata Razak.
Selain itu, Razak menilai sejumlah peraturan yang dikeluarkan pemerintah pun turut berperan menghambat kelancaran usahanya tersebut. "Lebih-lebih ini belum ada izin kurban di sekolah. Begitu juga tahun kemarin. Jadi peraturan mengenai larangan kurban di sekolah itu juga sangat berpengaruh," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Razak, lepas dua minggu dirinya membuka lapak hewan kurbannya ini, 50 persen penjualan pun belum diraihnya hingga H-5 Idul Adha ini.
"Kami sudah buka di sini sekitar dua minggu, dengan 170 ekor sapi. Sekarang saja masih 100-an ekor lebih, karena baru laku sekitar 60 ekor," kat daia.
Hal senada juga dikeluhkan oleh seorang penjual kambing kurban, Nurholis (35), yang ditemui di Jalan Nangka, kawasan Condet, Jakarta Timur. Dia bahkan mengaku, sejak hari Senin kemarin lapaknya beroperasi, baru satu ekor kambing yang berhasil dijualnya.
"Sampai H-5 ini penjualannya masih belum kelihatan. Dari hari Senin saja ini baru laku satu. Itu pun yang beli nitip di sini, diambilnya nanti dekat-dekat Lebaran. Jadi sebenarnya belum ada pemasukan," ujar Nurholis.
Namun, Nurholis yakin jika hal itu dikarenakan masyarakat menganggap lima hari sebelum Idul Adha merupakan waktu yang masih cukup lama untuk membeli hewan kurban guna dijadikan hewan potong di hari lebaran haji.
Mengenai harga, Nurholis mengatakan jika harga jual kambing-kambingnya tersebut berkisar antara Rp2,8 juta sampai Rp3 juta. Ia mengaku, harga itu sudah cukup untuk menutupi modal, transportasi dan biaya sewa lapaknya selama seminggu hingga Senin pekan depan.
Oleh karenanya, dia juga merasa harus menjamin kualitas kambing-kambingnya itu dengan sejumlah pemeriksaan di dokter hewan, agar para pembelinya merasa puas dengan kualitas hewan kurbannya tersebut.
"Kalau dari kisaran harga, ada yang Rp3 juta, ada yang Rp2.8 juta, tergantung bobotnya lah. Saya ambilnya dari Kalibening, Jawa Tengah. Kalau untuk sewa tempatnya, seminggu Rp1,5 juta," kata dia. (ase)
Laporan: Mohammad Yudha Prasetya