Ekspor Nikel Bakal Dorong Pendapatan Antam

Gedung ANTAM (Aneka Tambang)
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengapresiasi upaya pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang melakukan pembahasan terkait revisi aturan pelarangan ekspor mineral yang saat ini diterapkan. 

Mengapa Negara Kaya Nikel Masih Mengimpor? Mengurai Dinamika Industri Nikel Indonesia

Direktur Keuangan PT Antam, Dimas Wikan Pramudhito meyakinkan, relaksasi kebijakan itu akan mampu meningkatkan pendapatan perusahaannya secara signifikan.

"Ada terjadi pertumbuhan yang tinggi dari ekspor bijih nikel. Kontribusi pendapatan dari nikel diproyeksikan mencapai 30 persen terhadap total pendapatan perusahaan," kata Dimas di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu 7 September 2016.

Bahlil Benarkan RI Impor Nikel di Tengah Upaya Hilirisasi RI, Begini Penjelasannya

Dimas menyebut, cadangan dan sumber daya nikel PT Antam saat ini mencapai 988,30 wet metrik ton (WMT), yang terdiri dari 580,2 juta WMT bijih nikel berkadar tinggi dan 48,1 WMT bijih nikel dengan kadar rendah.

Guna memanfaatkan cadangan dan sumber daya nikel tersebut, kata Dimas, pihaknya akan terus melakukan penjualan secara domestik.

Jadi Tersangka Korupsi Thomas Lembong Pernah Sindir Nikel Baterai Mobil Listrik

Selain itu, Antam juga sudah melaksanakan pembangunan pabrik feronikel berkapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel  Halmahera Timur, Maluku Utara, yang diperkirakan selesai 2018

"Sedangkan dari sisi komoditas tambang lainnya, dalam pengolahan bijih emas, kegiatan hilirisasi Antam telah selesai hingga menghasilkan produk akhir emas batangan, serta memasarkannya," tambahnya.

Diketahui, PT Antam memiliki tambang dan pabrik pengolahan emas di Pongkor, Jawa Barat dan Cibaliung, Banten, serta pemurnian logam berstandar internaisonal London Bullion Market Association (LBMA) yang merupakan satu-satunya fasilitas pengolahan dan pemurnian logam mulia di Indonesia.

Selain itu, PT Antam juga bekerja sama dengan PT Inalum dalam membangun pabrik smelter grade alumina refinery (SGAR) tahap I, berkapasitas 1 juta ton di Mempawah, Kalimantan Barat, yang diperkirakan selesai pada 2019 mendatang.

Laporan: Mohammad Yudha Prasetya (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya