Studi: Orang Cerdas Makin 'Haus' Darah
- Pixabay
VIVA.co.id – Kelompok tim peneliti menemukan teori baru tentang hubungan otak dan darah. Sebelumnya ada teori yang menyatakan semakin besar ukuran otak, artinya seorang itu makin pintar. Tapi penelitian terbaru mengungkapkan, ada faktor lain yang menjadi penyebab kecerdasan seseorang, yakni terkait aliran darah ke otak.
Dilansir Phys.org, Rabu, 3 Agustus 2016, tim peneliti Fisiologi Kardiovaskular di School of Biological Sciences University of Adelaide, Australia serta Kelompok Penelitian Fungsi Otak dan Institut Studi Evolusioner University of the Witwatersrand, Afrika Selatan, menemukan kecerdasan otak seseorang itu tergantung dari asupan darah yang mengalir ke otak. Mereka menemukan semakin banyak darah yang mengalir, maka seseorang dinyatakan semakin cerdas.
"Ukuran otak telah meningkat sekitar 350 persen lebih seiring evolusi manusia, tapi kami menemukan aliran darah ke otak meningkat menakjubkan, yakni 600 persen," ungkap pemimpin proyek penelitian, Emeritus Roger Seymour dari University of Adelaide.
Roger mengatakan, peneliti meyakini aliran darah terkait dengan kebutuhan otak untuk memenuhi koneksi yang semakin energik antara sel-sel saraf, seiring evolusi berpikir manusia yang kompleks dan mau belajar.
"Untuk memungkinkan otak kita menjadi begitu cerdas, harus terus-menerus ‘makan’ oksigen dan mendapat nutrisi dari darah,” kata Roger.
Jadi, jelas Roger, semakin aktif metabolis otak, maka semakin membutuhkan darah, dan pasokan arteri lebih besar.
Terkait pasokan arteri yang semakin besar, kata peneliti, erat kaitannya dengan lubang-lubang di tengkorak manusia. Pada fosil, peneliti mendapati semakin berevolusi ukuran lubang tempat arteri otak ‘menyeberang’ maka bakal semakin besar.
Peneliti juga mendalami lubang-lubang di tengkorak fosil sebagai alat ukur arteri otak. Semakin berevolusi, ukuran arteri manusia semakin besar.
“Ukuran lubang tersebut menunjukkan bagaimana aliran darah meningkat dari manusia jenis Australopithecus, berusia tiga juta tahun lalu dengan manusia modern,” kata peneliti lainnya, Edward Snelling. (ase)