Peneliti: Zaman Es Berakhir, Datanglah Zaman Manusia

Salah satu penyebab pemanasan global di Bumi.
Sumber :
  • VIVA.co.id / Danar Dono

VIVA.co.id – Para peneliti telah sepakat bahwa Bumi memasuki era geologi baru, yang dinamakan zaman Anthropocene atau zaman manusia. Zaman tersebut merupakan era memasuki geologi baru setelah lebih dari 11.500 tahun 'dikuasai' oleh Holocene.

Di Hadapan Sekjen PBB, Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia terhadap Energi Terbarukan

Holocene merupakan zaman es terakhir yang sudah menyelimuti Bumi hampir 12 ribu tahun. Peneliti menamai zaman Anthropocene lantaran manusia telah banyak meninggalkan jejak di Bumi secara jelas.

Zaman manusia tersebut mulai tampak, dengan munculnya berbagai isu pemanasan global yang timbul akibat oleh manusia. Bumi memasuki zaman Anthropocene mulai 1950-an.

Kuliah Umum di Rusia, Megawati Paparkan "Model Penjajahan Gaya Baru"

"Tindakan manusia telah pasti meninggalkan jejak di Bumi selama ribuan tahun. Perbedaan antara itu dan apa yang telah terjadi di abad terakhir ini atau dampak secara global," ucap Profesor Jan Zalasiewicz dari University of Leicester, Inggris dikutip dari Express.co.uk, Rabu 31 Agustus 2016.

Istilah Anthropocene dicetuskan oleh ilmuwan peraih nobel bernama Paul Crutzen pada 2000. Antrphocene merupakan gabungan dari bidang geologi dan antropologi.

Taiwan Ajak Dunia Lawan Perubahan Iklim

Para peneliti setuju bahwa Bumi memasuki zaman manusia setelah disepakati dalam pertemuan The Working Group on the Anthropocene (AWG) pekan ini di Afrika Selatan. AWG menyebutkan dampak besar yang dihasilkan oleh manusia, seperti pemanasan global hingga pembalakan hutan mendorong Bumi masuk ke zaman yang baru.

"Hal ini (Bumi masuk zaman baru) mempengaruhi fungsi sistem Bumi secara keseluruhan," kata Zalasiewicz.

Namun, zaman Anthropocene belum diakui oleh kelompok Ilmuwan Geologi Internasional. Meski demikian, Zalasiewicz mengatakan kolega ilmuwan stratigrafik sangat protektif mengukurnya dari skala waktu geologi.

"Mereka melihatnya sangat tepat sebagai tulang punggung geologi dan mereka tidak mudah mengubahnya. Tapi, saya pikir kita bisa mempersiapkan argumen baru," jelas dia.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya