Usaha Cutteristic Bisa Raup Rp800 Juta Per Tahun
- VIVA.co.id/Raudhatul Zannah
VIVA.co.id – Berawal dari hobi dan pertama kali diaplikasikan sebagai hadiah ulang tahun keponakannya pada 2011. Dewi Kocu tidak menyangka, karya seni cutteristic, atau seni ukir kertas yang dihasilkan bisa memberinya kesuksesan hingga saat ini.
Sebelum memulai usaha ini, Dewi adalah mantan manajer digital marketing di salah satu perusahaan swasta. Awalnya, dia tidak ada minat sama menjadikan cutteristic sebagai bisnis.Â
Namun, karena banyaknya permintaan dari kerabat dan teman, pada 2014, akhirnya Dewi memutuskan berhenti dari pekerjaan kantornya dan menjadi full timer seniman cutteristic.
"Awalnya, tidak berminat jadikan cutteristic sebagai bisnis, hanya sebagai hobi dan kado untuk keluarga dan kerabat. Tetapi, setelah berjalan mulai ada teman dan kerabat yang memesan terus, yang setiap tahunnya pun jumlah pesanan semakin bertambah dengan rata-rata pertumbuhan 200 persen. Dari situ, akhirnya saya mulai menekuni bisnis ini dan meninggalkan pekerjaan kantor," kata Dewi Kocu, saat dihubungi VIVA.co.id di Jakarta, Jumat 26 Agustus 2016.
Cutteristic sendiri merupakan paper cutting (seni potong kertas) yang berasal dari Tiongkok. Dalam mengerjakannya pun terbilang rumit dan detail, sehingga memerlukan ketekunan.
Dalam mengerjakan cutteristic tidak menggunakan gunting seperti pada umumnya para seniman paper cutting, melainkan dengan menggunakan cutter.Â
Berlatar belakang pekerjaan sebagai digital marketing, Dewi sudah sangat menyadari pentingnya marketing melalui online. Sehingga, dibuatlah situs yang berisi dokumentasi karya-karya cutteristic dan keterangan produk, serta daftar harga.
Di samping itu, untuk memperluas cutteristic di seluruh Indonesia khususnya, Dewi melakukan promosi melalui media sosial seperti facebook, twitter, dan instagram.
"Media digital ini yang saya pilih, karena saya rasa ini paling efektif," kata Dewi Kocu.
Tak hanya itu, Dewi yang juga berlatar belakang sebagai photographer mengaku dapat memilih karya-karyanya dengan lebih baik dan cermat, sehingga dapat lebih dipahami karya-karyanya oleh masyarakat.
Dewi mempunyai motto, yaitu crafted perfectly with passion and dedication. Di mana, setiap karya harus sempurna dan ditekuni untuk dijalankan, sehingga dapat memberi ilmu, serta menghasilkan karya terbaik yang dapat menginspirasi.
"Sebenarnya, tak hanya cutteristic, kami juga menjual bahan dan alat untuk membuat paper cutting. Karenanya, bahan dan alat yang tersedia itu bervariasi yang mungkin sulit ditemukan. Sehingga, dengan ini, siapa saja bisa membuat paper cutting sendiri," ujarnya.
Adapun hasil cutteristic itu dibanderol mulai Rp487 ribu untuk ukuran lebar 26 centimeter (cm) dan panjang 26 cm, hingga Rp1,9 juta ukuran 53 cm x 53 cm untuk hadiah. Sedangkan untuk ukuran 38 cm x 38 cm dihargai Rp1,7 juta dan hingga ukuran 120 cm x100 cm untuk face sketch frame senilai Rp8,8 juta.
Dari penjualan tersebut, Dewi sudah membawa seni cutteristic ke berbagai kota di Indonesia hingga ke luar negeri, seperti Swiss, Jerman, Amerika Serikat, Canada, Hongkong, Jepang, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Australia.
Secara keseluruhan pun, perempuan yang memang sudah terlahir dari keluarga pedagang itu mengaku bisa meraup omzet sebesar Rp800 juta per tahunnya dari penjualan cutteristic di seluruh Indonesia maupun di luar negeri. (asp)