Pemutihan Kulit jadi Tren Kecantikan Wanita Asia
- Pixabay/PublicDomainPictures
VIVA.co.id – Perawatan kecantikan kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup kalangan urban. Dari waktu ke waktu pun perkembangan dunia kecantikan semakin pesat.
Ditambah lagi dengan paparan informasi mengenai tren kecantikan dan perawatan tubuh melalui internet dan media lainnya. Karena hal itu, konsumen semakin berminat menggunakan produk-produk perawatan dalam upaya memperbaiki penampilan, termasuk juga produk-produk pendukungnya.
Menurut Vice President Asia Pacific Sales Cynosure, Inc., Bruce Byers, Indonesia merupakan pasar yang prospektif di mana permintaan akan produk-produk dan layanan estetika sedang meningkat. Banyak wanita-wanita Indonesia pergi ke salon-salon kecantikan untuk mengatasi permasalahan kulit mereka.
Meski demikian, lanjut Byers, banyak konsumen dari kalangan atas cenderung pergi ke Korea dan Singapura untuk mendapatkan jasa layanan kecantikan yang sebenarnya bisa mereka dapatkan di Indonesia.
Dalam rilis yang diterima VIVA.co.id, Kamis, 25 Agustus, Byers menuturkan, perawatan kecantikan yang kini menjadi fenomena di Indonesia adalah tren pemutihan kulit. Banyak wanita Asia yang ingin memiliki kulit putih. Di Indonesia, kulit putih dianggap sebagai simbol status sosial, kekuasaan, kekayaan, dan terutama sekali kecantikan.
“Kulit gelap dianggap inferior dan entah mengapa selalu dipandang kotor, jelek, atau bahkan tidak sehat. Sementara itu, sebagian besar produk-produk pemutih kulit mengandung merkuri atau hydroquinone, dua bahan kimia yang sangat merusak," ujar Bryers.
Merkuri, bahan kimia umum pada krim pemutih, mengikis kulit dari pigmen alaminya. Merkuri juga merupakan racun yang dikenal dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal yang bisa membawa kepada kelainan saraf. Dalam upaya memiliki kulit yang putih, Byers merekomendasikan wanita untuk mencoba perawatan lain selain pemutih kulit.