Cubeacon Buatan Anak Bangsa Sudah Menarik Perhatian Dunia
- ist.
VIVA.co.id – Bentuknya memang hanya kubus berukuran kecil namun Cubeacon bisa menyiarkan dan menerima informasi di suatu area terbatas. Teknologi yang mirip dengan iBeacon buatan Apple ini diadopsi oleh tiga orang Indonesia, Avianto Tiyo (bermukim di Jepang), Riza (di Surabaya) dan Fariz Yunian.
Cubeacon merupakan teknologi yang menggunakan koneksi bluetooth berdaya rendah untuk menyiarkan dan menerima informasi di area terbatas. Teknologi ini bisa dimanfaatkan oleh para pemilik bisnis. Di mal, perangkat itu bisa otomatis melakukan profiling konsumen jika terhubung dengan bluetooth pada smartphone pengunjung. Selain itu juga berfungsi sebagai CCTV yang bisa mendeteksi keramaian suatu blok di mal.
Perusahaan juga bisa menggunakannya untuk mendeteksi kehadiran karyawan, tentunya dengan bantuan sinyal bluetooth di ponsel atau diletakkan di rumah sebagai media berkirim pesan.
Meski teknologi ini terinspirasi dari iBeacon Apple, namun bukan berarti hanya bisa terkoneksi dengan iPhone. Cubeacon bisa juga terkoneksi dengan Android. Ini merupakan perangkat yang bisa dimanfaatkan untuk menggeber tren Internet of Things (IoT), karena perangkat ini bisa menjadi media untuk komunikasi mesin ke mesin.
"Teknologi ini difokuskan program loyalitas. Memang di Indonesia masih dianggap belum familiar karena belum terbiasa, makanya kami fokus pasar Jepang yang sudah familiar teknologi iBeacon dan program loyalitas," ujar Tyo, Chief Executive Officer (CEO) PT Eyro Digital Teknologi, dan juga pendiri Cubeacon, dalam keterangan resmi, Jumat, 26 Agustus 2016.
Tyo mengatakan, saat ini Cubeacon telah memiliki dua kantor, satu di Surabaya dan lainnya di Jepang. Dia juga mengklaim telah mendapat order pembelian Cubeacon dari beberapa negara, seperti Jepang, Amerika, Brasil, Singapura dan Indonesia.
Eyro Digital menawarkan Cubeacon Developer Kit berupa tiga buah Cubeacon Box dan akses ke Cubeacon BaaS gratis selama tiga bulan dengan banderol US$ 90 (Rp 1,1 juta) dan dipromosikan hingga Rp700 ribu-an di laman e-dagang besar di Tanah Air.
Kini, Cubeacon sedang pengembangan produk yang arahnya menjadi reader dari sinyal iBeacon yang dipancarkan.
Saat ini tim Cubeacon sedang berusaha menjadi pemenang dalam ASEAN ICT Award (AICTA) 2016 di Novotel Yangoon, Myanmar. Mereka bersaing dengan 17 peserta lain dari seluruh Asia Tenggara.
"Kami terpilih mewakili kategori Private Sector. Total ada enam kategori, tiap kategori ada tiga peserta. Di kategori kami, Cubeacon bersaing dengan peserta dari Singapura dan Thailand," ujar Girly Saputri, Global Business Partner Cubeacon.
Girly merasa yakin pihaknya bisa mencetak prestasi di ajang ini karena saat presentasi, tim Cubeacon melihat mayoritas juri menyetujui dampak besar dari perangkat keras sekaligus aplikasi yang mereka kembangkan.
Sebelum dikirim ke AICTA 2016 pekan ini, Cubeacon bergaung ketika mengharumkan nama Indonesia saat jadi runner up kategori telekomunikasi pada Asia Pasific ICT Award (Apicta) 2015 di Colombo, Sri Lanka. Dan makin bergaung saat didapuk juara pertama Indigo Apprentice Awards 2015 PT Telkom dengan menyisihkan sekitar 1.000 peserta. Bahkan, mereka akhirnya memperoleh suntikan modal dari BUMN telekomunikasi itu.
General Manajer Divisi Digital Service PT Telkom, Arif Mustain, Arif Mustain, menjelaskan perusahaannya mendukung sekaligus menggandeng Cubeacon seiring visi perusahaan menjadi The King of Digital.
"Kami mencari produk untuk mendukung bisnis kami, Cubeacon ini produk yang sesuai karena melengkapi bisnis big data Telkom. Juga bisa dikolaborasi layanan yang sudah ada pada kami, terutama yang terkait Internet of Things," katanya.