Penyebab Utang Luar Negeri Sektor Swasta Melorot
- REUTERS
VIVA.co.id – Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal II-2016 tercatat US$323,8 miliar, atau tumbuh 6,2 persen. Angka ini dinilai Bank Indonesia masih dalam batas sehat.
Namun apabila dilihat dari sektor peminjam, posisi ULN sektor swasta mengalami penurunan sebesar 3,1 persen. Penurunan ini cukup signifikan bila dibandingkan penurunan pada kuartal sebelumnya yang sebesar 0,5 persen secara tahunan.
Ekonom PT Bank Pertama, Josua Pardede, saat berbincang dengan VIVA.co.id mengakui, kondisi perekonomian dalam negeri yang baru saja menunjukkan pemulihan secara bertahap pada akhirnya menjadi penyebab utama, ULN sektor swasta menurun tajam.
"Belanja modal korporasi cenderung menurun, yang pada akhirnya berimplikasi pada penurunan permintaan ULN swasta," jelas Josua, Selasa 23 Agustus 2016.
Meskipun secara keseluruhan posisi ULN dalam keadaan sehat, Josua mengatakan, upaya untuk mendorong penerimaan ekspor menjadi pekerjaan rumah ke depan. Selain itu, pemerintah pun perlu lebih efektif dan cermat dalam mengelola ULN.
Terutama, yang berorientasi pada sektor produksi. Ini, ditegaskan Josua, berdampak luas bagi pembangunan. Misalnya, pembangunan infrastruktur, atau pemberian insentif bagi usaha kecil menengah (UKM).
Selain itu, jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok ULN jangka panjang, yang dibagi dengan jumlah penerimaan ekspor (DSR) patut diwaspadai juga oleh pemerintah. Menurutnya, akan lebih objektif apabila DSR tier 1 mengacu pada perhitungan DSR Bank Dunia.
"DSR tier satu pada kuartal II-2016 meningkat menjadi 37,28, dadi 34,08 pada kuartal sebelumnya. Peningkatan ini perlu diwaspadai, karena kondisinya memburuk seiring dengan penurunan penerimaan ekspor," ungkapnya.
Josua memandang, beberapa kebijakan yang semestinya dilakukan pemerintah adalah melunasi ULN pada saat jatuh tempo dan tidak memperpanjangnya. Kemudian, memperketat ULN swasta kecuali yang berorientasi ekspor.
"Selanjutnya, adalah pembangunan kawasan ekonomi yang berorientasi ekspor, serta juga memperkuat sistem logistik supaya ekspor efisien," tutur dia.