Utang Luar Negeri RI Tembus Rp4.282,2 Triliun
- Pixabay
VIVA.co.id – Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juni 2016, tercatat sebesar US$323,8 miliar atau setara Rp4.282,2 triliun (kurs Rp13.225 per dolar AS), tumbuh sebesar 6,2 persen secara year on year (yoy). Berdasarkan jangka waktu asal, ULN jangka panjang tumbuh 7,7 persen secara yoy, sementara ULN jangka pendek turun 3,1 persen secara yoy.
Dikutip VIVA.co.id dari laman BI.go.id, Selasa 23 Agustus 2016, ULN berdasarkan kelompok peminjam terlihat ULN sektor publik meningkat, sementara ULN sektor swasta menurun. Sehingga, rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir kuartal II 2016 tercatat sebesar 36,8 persen, naik dari 36,6 persen pada akhir kuartal I 2016.
Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN jangka panjang. Posisi ULN berjangka panjang pada akhir kuartal II 2016 mencapai US$282,3 miliar atau 87,2 persen dari total ULN, meningkat 7,7 persen yoy, lebih lambat dari pertumbuhan kuartal II 2016 sebesar 8,4 persen yoy.
Di sisi lain, posisi ULN berjangka pendek pada akhir kuartal II 2016 tercatat sebesar US$41,5 miliar atau 12,8 persen dari total ULN. Ini menurun 3,1 persen yoy, lebih kecil dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan kuartal II 2016 sebesar 9,1 persen yoy.
Meski secara tahunan menurun, posisi ULN jangka pendek pada akhir kuartal II 2016 meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir kuartal sebelumnya. Sehingga, rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa tercatat sebesar 37,8 persen pada kuartal II 2016.
Kemudian, dari kelompok peminjam, posisi ULN Indonesia sebagian besar terdiri dari ULN sektor swasta. Pada akhir kuartal II 2016, posisi ULN sektor publik mencapai US$158,7 miliar atau 49 persen dari total ULN. Sementara ULN sektor swasta mencapai US$165,1 miliar atau 51 persen dari total ULN.
ULN sektor publik tumbuh sebesar 17,9 persen secara yoy pada kuartal II 2016, meningkat dari capaian pada kuartal sebelumnya sebesar 14 persen secara yoy. Sementara ULN sektor swasta mengalami penurunan sebesar 3,1 persen secara yoy. Penurunan ini jauh lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada kuartal sebelumnya sebesar 0,5 persen yoy.
Sedangkan menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada akhir kuartal II 2016 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, listrik, gas dan air bersih. Posisi ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 75,9 persen.
Bila dibandingkan dengan kuartal I 2016, pertumbuhan tahunan ULN sektor listrik, gas dan air bersih tercatat meningkat sedangkan pertumbuhan tahunan ULN sektor industri pengolahan tercatat lambat. Sementara itu, pertumbuhan tahunan ULN sektor pertambangan dan sektor keuangan mengalami kontraksi yang lebih dalam.
Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada kuartal II 2016 masih cukup sehat, namun terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. Ke depan, otoritas moneter akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.