Anggota Banggar Nilai RAPBN 2017 Cukup Optimis

Anggota Badan Anggaran DPR Dony Ahmad Munir
Sumber :

VIVA.co.id – Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2017 telah disampaikan Presiden Joko Widodo beberapa waktu yang lalu. Anggota Badan Anggaran DPR, Dony Ahmad Munir menilai RAPBN 2017 yang disusun pemerintah cukup optimist. Setidaknya dari sisi asumsi makro, terlihat bahwa ada kenaikan dari sisi pertumbuhan ekonomi dan inflasi juga tetap rendah.
 
“Kalau target seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi itu bisa dicapai, tentu sebuah perkembangan yang menggembirakan bagi ekonomi  kita. Sebab ekonomi global masih melemah, tetapi ekonomi kita justru masih meningkat. Meski demikian, kita tidak boleh berpuas diri, karena gejolak eksternal masih berpotensi mengganggu kinerja ekonomi kita,” katanya saat ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa 23 Agustus 2016.

Pengendalian Inflasi pada Momen Natal dan Tahun Baru

Meski demikian, tambah politisi F-PPP itu, kondisi makro ekonomi yang kian membaik, ternyata belum mampu mendorong perkembangan sektor riil dan penurunan angka kemiskinan dan pengangguran secara signifikan.

“Seharusnya dengan  inflasi yang menurun dan pertumbuhan yang cukup tinggi bisa menekan angka kemiskinan dan pengangguran secara lebih cepat. Untuk itulah kualitas pertumbuhan ekonomi harus terus ditingkatkan sehingga kemampuan menekan angka kemiskinan dan pengangguran menjadi lebih baik,” kata Dony.

Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Politisi asal Dapil Jawa Barat IX itu juga menekankan, RAPBN 2017 harus bisa menjadi instrument fiscal untuk menekan kemiskinan dan pengangguran. Mengingat saat ini daya beli masyarakat terus merosot, terutama rakyat kecil seperti petani dan nelayan.

“Hal ini harus memperoleh perhatian pemerintah karena sektor lain seperti kinerja ekspor dan impor serta investasi juga belum sepenuhnya membaik,”ujar politisi yang juga Anggota Komisi X DPR itu.

Agustus 2022 Indonesia Deflasi, Tapi Ada Komoditas Penyumbang Inflasi

Sebagaimana diketahui dalam Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2017 juga menargetkan penerimaan negara sebesar Rp1.737,6 triliun, atau lebih rendah dari target APBN 2016 yang sebesar Rp1.822,5 triliun. Dari total target penerimaan tersebut penerimaan perpajakan sepanjang 2017, ditetapkan Rp1.495,9 triliun, atau turun sebesar Rp50,8 triliun dari target APBN 2016, yang sebesar Rp1.546,7 triliun.

Sedangkan untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Jokowi mentargetkan Rp240,4 triliun, atau diturunkan Rp33,4 triliun dari target PNBP 2016 yaitu Rp273,8 triliun.

Sementara itu, untuk belanja negara dalam RAPBN 2017, pemerintah akan mengalokasikan sebesar Rp2.070,5 triliun, yang terdiri dari belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.310,4 triliun dan alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesarRp760 triliun.

Ekonomi tahun depan, tampaknya memberikan harapan lebih optimis. Optimisme itu terlihat dari asumsi makro yang disusun pemerintah yakni pertumbuhan ekonomi dipatok sebesar 5,3 persen, tingkat inflasi sebesar 4,0 persen, nilai tukar rupiah dipatok Rp13.300 perdolar AS, dan suku bunga SPN-3 bulan sebesar 5,3 persen. Kemudian, harga minyak internasional USD45, lifting minyak 780 juta barel/hari dan lifting gas 1,15 ribu barel setara minyak/hari.

Menurut Presiden, dengan memperhitungkan seluruh dinamika yang ada dan tantangan yang dihadapi Indonesia ke depannya, pemerintah mengajukan asumsi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017 diperkirakan dapat mencapai 5,3 persen.

“Adapun dalam mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah mengakui perlu kerja yang sangat keras, mengingat ketidakpastian bersumber dari pelambatan ekonomi di berbagai negara berkembang, serta prospek pemulihan ekonomi negara maju belum sesuai harapan,” jelas Presiden. (www.dpr.go.id)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya