Fisika Bisa Bangkitkan Indonesia
- VIVA.co.id/Amal Nur Ngazis
VIVA.co.id – Fisikawan Indonesia, Tjia May On, mengatakan ilmu dasar seperti fisika punya manfaat yang nyata bagi kehidupan. Namun manfaat nyata dari fisika itu tak begitu disadari oleh manusia.
Doktor fisika partikel Northwestern University, Amerika Serikat, itu mengatakan, kehadiran gadget di sekitar kita saat ini merupakan bentuk nyata dari kontribusi fisika material.
"Itu (smartphone) kenapa ada? Itu adalah hasil dari fisika material," kata dia usai menerima penghargaan Sarwono Award di Kantor LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis 18 Agustus 2016.
Dia mengatakan, gadget dan smartphone yang berevolusi muncul berkat riset fisika material dan gelombang elektromagnetik. Bentuk evolusi yang dimaksud yaitu dulu perangkat komputer hadir dalam ukuran yang sangat besar, tapi kini dengan perkembangan teknologi, gadget dan komputer ukurannya makin mengecil.
Bentuk nyata kontribusi fisika yang lain yaitu adanya laser. Kini teknologi itu bisa dimanfaatkan untuk mempercantik panggung pertunjukan sampai dipakai untuk mengobati retina mata.
Pria kelahiran Probolinggo itu mengatakan, fisika material bisa dilihat juga dalam broadband (pita lebar). Di dalam serat optik, kata dia, juga terdapat kontribusi fisika material.
Mengingat kontribusi fisika material itu, Pak Tjia, panggilan akrabnya, mengatakan agar fisika material bisa makin didalami dan dipelajari di Indonesia.
Dia berujar, jika fisika material bisa menjadi arus besar di dalam negeri, maka akan berdampak revolusioner bagi perkembangan nasional. "Dampaknya, industri kita bisa mandiri," ujarnya.
Dengan industri yang mandiri, dia mengatakan, maka itu akan menjadi pengubah Indonesia yang mana saat ini menjadi tempat untuk produk luar negeri.
"Sekarang kita ini pasar produk luar, apa mau kita jadi konsumen saja?" tuturnya.
Dia menuturkan nyaris tak ada satupun produk sehari-hari yang tak lepas dari riset ilmu fisika material bersama dengan cabang ilmu lainnya. "Di negara maju, riset dianggap sebagai dasar paling penting dalam kemandirian dan ketahanan," kata dia.
Untuk pengembangan dunia riset di Indonesia, Tjia mengatakan perlunya pembangunan budaya riset. Pembangunan budaya riset, kata dia, akan membantu Indonesia menjadi negara yang tak tergantung dengan produk luar negeri.
Budaya riset, menurutnya, penting, terlebih dengan fakta masyarakat Indonesia saat ini yang merasa nyaman dan aman membeli barang luar negeri. Kondisi itu, menyebabkan Indonesia terus menjadi pasar bagi negara lain.
Tjia mengatakan, dengan kondisi tersebut, untuk mengembangkan infrastruktur budaya riset tentunya sebuah jalan panjang dan penuh rintangan.
Tjia berharap dengan pembangunan infrastruktur budaya riset bisa membawa Indonesia menyaingi riset di negara lain dan pada akhirnya melahirkan produk dalam negeri yang bisa masuk di negara lain.
"Infrastruktur itu bisa dari fasilitas fisik, kebijakan, sistem evaluasi, insentif, termasuk infrastruktur software," kata dia.