BI Beberkan Penyebab Suku Bunga Acuan Sulit di Bawah Inflasi

Gedung Bank Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Iqro Rinaldi

VIVA.co.id – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, alasan suku bunga acuan BI tidak akan mungkin bisa di bawah tingkat inflasi. Sebagai informasi suku bunga BI saat ini 6,5 persen, sedangkan inflasi 2016 secara tahunan sebesar 3,21 persen.  

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menjelaskan, suku bunga acuan harus berada sedikit di atas angka inflasi agar bunga simpanan di bank masih terlihat menarik.

"BI Rate tidak bisa turun signifikan karena inflasi kita masih tinggi. Suku bunga itu sulit sekali untuk bisa di bawah inflasi, teorinya suku bunga harus ada sedikit di atas inflasi," ujar Mirza di Hotel Milenium Jakarta, Senin, 15 Agustus 2016.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

Mirza mencontohkan, untuk simpanan dengan nilai saldo di atas Rp2 miliar pada umumnya merupakan nasabah kaya. Kebanyakan mereka tidak mau menaruh uangnya di bank jika suku bunga acuan BI Rate berada di bawah angka inflasi.

Jika perbankan memberikan bunga di bawah angka inflasi, para nasabah kaya bisa menempatkan uangnya di luar negeri. Namun, berbeda dengan nasabah penabung biasa yang cenderung tidak mempunyai pilihan.

BI Terbitkan Aturan Ketentuan Intensif untuk Perbankan

"Saya ambil contoh orang-orang kaya itu mereka itu tidak mau jika inflasi lima persen, dikasih bunga tiga persen," ucap Mirza.

Berdasarkan data BI, per Juni total rekening simpanan nasabah di atas Rp2 miliar mencapai 221 ribu rekening. Mereka menguasai lebih dari setengah dari total simpanan perbankan.

Sementara, untuk simpanan di bawah Rp2 miliar mencapai 183 juta rekening. Porsinya tidak sampai setengah dari total simpanan bank.

"Yang 221.000 rekening itu justru yang uangnya lebih banyak. Kalau mereka keluar bagaimana? Padahal Indonesia butuh uang mereka," tuturnya.

Ilustrasi dolar AS

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Angka utang luar negeri tersebut turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$415,3 miliar.

img_title
VIVA.co.id
15 Maret 2022