Dirut Pertamina Tegaskan Tak Perlu Makelar untuk Kerja Sama
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – PT Pertamina menegaskan telah menutup peluang praktik percaloan melalui jasa perantara dalam kerja sama investasi, maupun jual beli minyak dan gas bumi dengan investor dari luar, baik dengan National Oil Company (NOC) maupun perusahaan swasta.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya terus berupaya membangun budaya bersih, terbuka, dan transparan, agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perminyakan nasional ini menjadi lebih baik. Meskipun, godaan dalam mendorong upaya tersebut harus menghadapi banyak tantangan.
"Ada banyak pihak yang ingin mencari rente dari bisnis migas Pertamina, termasuk waktu saya ke Tehreran, Iran kemarin itu, untuk kerja sama dengan NIOC (National Iranian Oil Company). Ada pihak ketiga yang menawarkan bantuan kepada NOC untuk bekerja sama dengan Pertamina," ujar Dwi dikutip dari keterangan resminya, Jumat 12 Agustus 2016.
Menurut Dwi, semua proses bisnis di Pertamina dilakukan secara transparan dan akuntabel. Proses impor minyak dan BBM yang sebelumnya disebut-sebut berisiko tinggi merugikan negara, karena melibatkan para pemburu rente.
Namun, sejak hampir dua tahun terakhir pengadaannya dilakukan sangat transparan melalui Integrated Supply Chain (ISC), setelah Petral, anak usaha Pertamina dibubarkan.
Dwi meminta, siapa pun mitra maupun calon Pertamina, baik perusahaan privat maupun NOC, untuk tidak lagi menanggapi upaya pihak yang menjanjikan dapat mempermulus kerja sama bila menggunakan jasa perantara. Bila berbisnis dengan Pertamina, langsung saja tanpa perantara.
"Saya tidak ingin membiarkan permainan terjadi di Pertamina, karena itu harus dibangun budaya yang baru. Persepsi lama bahwa bila ingin masuk Pertamina harus masuk perantara, harus dihapus sama sekali," katanya.
Menanggapi sikap tersebut, pengamat ekonomi energi dari Universitas Indonesia Berly Martawardaya menilai, kebijakan Pertamina ini perlu didukung. Apalagi, ditambah dengan sistem pengadaan barang yang kuat dan bisa mengajak partnter-partner berkualitas untuk berpartisipasi.
"Bandingkan komponen-komponen penting dan pilih pemenang yang memberikan highest bang for the buck,” katanya.
Pendapat senada disampaikan oleh Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro. Dia menilai, kebijakan Pertamina ini positif dan konsisten dengan upaya perusahaan meningkatkan Good Corporate Governance (GCG). Apalagi, dalam realisasinya ISC juga makin baik.
"Semoga hal ini tetap dapat dipertahankan," tambahnya. (asp)