Tingkat Keyakinan Konsumen RI Menurun Tajam, Ungkap Survei
- ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
VIVA.co.id - Perusahaan teknologi pada keuangan global, Mastercard, merilis indeks keyakinan konsumen kuartal I 2016 di kawasan Asia Pasifik, pada Kamis 11 Agustus 2016. Berdasarkan hasil survei indeks keyakinan konsumen di kawasan Asia Pasifik secara umum tetap stabil.
Hal ini ditunjukkan oleh adanya stabilitas tingkat keyakinan konsumen pada sembilan dari 17 negara di kawasan tersebut. Kawasan Asia Pasifik mengalami peningkatan sebesar 0,05 poin.
Walaupun demikian kenaikan tersebut belum bisa mengangkat kawasan Asia Pasifik ke batas tingkat optimisme, 60 poin, dan hanya berada pada posisi netral. Taiwan mencatat kenaikan terbesar yakni sebesar 16,3 poin menjadi 45,5 poin.
Tingkat keyakinan konsumen Taiwan melonjak dari peringkat terendah di antara 17 negara dalam survei sebelumnya pada semester kedua tahun lalu. Saat itu Taiwan mengalami penurunan ekstrim lebih dari 20 poin.
Peningkatan skor Taiwan dalam laporan ini didukung oleh adanya perbaikan di seluruh komponen, dengan perbaikan terbesar berasal dari meningkatnya harapan terhadap pergerakan pasar saham.
Selain Taiwan, negara Filipina, India dan Malaysia juga mengalami peningkatan setidaknya sebesar lima poin.
Sementara penurunan terbesar dalam tingkat optimisme konsumen dialami oleh Indonesia, diikuti oleh Hong Kong, dan Singapura. Menurut survei, prospek ketenagakerjaan merupakan pendorong utama dari penurunan tersebut.
Tingkat keyakinan konsumen Indonesia mengalami penurunan terbesar dari 17 negara yang disurvei. Penurunan mencapai 14,7 poin. menjadi 61,8 poin. Diantara kelima komponen yang mengalami penurun paling tajam adalah ketenagakerjaan ( turun 26,9 poin) dan ekonomi (turun 22,5 poin).
Eric Schneider, senior vice president, Asia Pasifik, Mastercard Advisors, mengatakan, secara keseluruhan tingkat keyakinan konsumen di kawasan Asia Pasifik hanya menunjukkan perubahan kecil di mana beberapa negara tengah menghadapi krisis. Namun negara-negara berkembang seperti China, India, Vietnam, Myanmar dan Filipina tetap bertahan dengan tingkat optimisme yang tinggi mengenai prospek perekonomian selama enam bulan ke depan.
"Seiring dengan upaya dari negara-negara berkembang di Asia untuk terus mendorong pertumbuhan kawasan tersebut, pemerintah dan perusahaan perlu memastikan adanya kestabilan dan fundamental yang kuat guna menghadapi gejolak eksternal di masa mendatang,” ucapnya.
Survei ini dilakukan antara bulan Juni hingga Juli 2016, terhadap 8.746 responden, dengan usia 18-64 tahun di 17 negara di kawasan Asia Pasifik. Mereka diminta untuk memberikan pandangannya mengenai lima faktor perekonomian untuk kurun waktu enam bulan ke depan. Diantaranya, faktor kondisi ekonomi, prospek ketenagakerjaan, prospek pendapatan rutin, pasar saham dan kualitas hidup mereka.
Indeks tersebut dihitung pada skala nol sampai 100. Skala nol diartikan sebagai tingkat yang sangat pesimis, sementara 100 sebagai yang sangat optimis dan 50 sebagai netral.
(ren)