Bahas Produksi Lada, Enam Negara Duduk Bareng
VIVA.co.id - International Pepper Community (IPC) ke-44 yang berlangsung pada hari ini di Hotel Merlynn Park, Jakarta Pusat, Senin, 8 Agustus 2016.
Acara ini dihadiri perwakilan enam negara produsen lada di dunia. Enam negara duduk bersama dalam upaya memperbaiki produksi lada dan mengatasi situasi pasar.
Enam negara tersebut adalah Indonesia sebagai tuan rumah, lalu Vietnam, Sri Lanka, Malaysia, India, dan Brazil. Dalam pertemuan tersebut setiap negara menyampaikan masalah yang dihadapi, dan khusus Indonesia membahas bagaimana mencukupi pasar lada dalam negeri dan pengembangan daerah produksi.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo mengatakan, Indonesia sebagai negara produsen lada terbesar kedua setelah Vietnam, memiliki daerah produsen lada besar seperti Lampung dan Kalimantan.
Selain itu, daerah lain yang memiliki potensi pengembangan lada tersebar di Nusa Tenggara dan Sulawesi. Imam mengungkapkan, daerah tersebut berpotensi menjadi produsen besar lada karena memiliki iklim serupa dengan Lampung dan Kalimantan, hanya saja daerah tersebut masih perlu teknik pengembangan.
Sementara, Direktur Direktorat Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kemendag, Deny W Kurnia mengatakan, situasi pasar komoditas lada saat ini sedang baik. Beberapa minggu lalu petani bisa menerima sekitar Rp100 ribu per kilogram. Sedangkan, harga internasional sekitar Rp140 ribu per kilogram.Â
Sementara itu, rata-rata jumlah produksi lada Indonesia sekitar 88 ribu-90 ribu ton dari relatif total produksi dunia sekitar 425 ribu ton. "Relatif total produksi dunia itu sekitar 425 ribu ton. Kita kebagian 88 ribu-90 ribu ton, Vietnam mungkin 110 ribu ton, sisanya dibagi negara-negara yang lain," ucap Deny.
Kemudian, konsumsi tahun ini ia memperkirakan sekitar 23 ribu-25 ribu ton dari total produksi rata-rata. Sedangkan, rata-rata Indonesia mengekspor sebesar 70 persen. Pada 2015 volume ekspor lada Indonesia sekitar 33 ribu ton.
"Untuk ekspor, kami (Kemendag dengan Kementerian Pertanian) baru akan bertemu nanti sore untuk membuat semacam proyeksi ekspor untuk 2016," ujar Deny di tempat terpisah, Senin, 8 Agustus 2016..
Sementara itu, permintaan lada di Indonesia paling banyak untuk jenis lada hitam kurang lebih 2/3 dari konsumsi penduduk. Kemudian, 1/3 kurang permintaan untuk lada putih. Sisanya warna merah dan lainnya. "Tapi yang utama kan black, sekitar mungkin 320 ribu ton di seluruh dunia. Whitenya cuma sekitar 90 ribu ton."
(mus)Â