Respons 'Miring' Ambisi Korea Utara Kirim Bendera ke Bulan
- REUTERS/Bobby Yip
VIVA.co.id - Rusia menyambut baik ambisi mereka di Bulan dalam satu dekade ke depan. Ambisi Korea Utara mendapat sorotan dari berbagai kalangan, salah satunya yaitu Rusia dan pakar dari Barat. Mereka menyangsikan dan berpandangan miring dengan ambisi Korea Utara tersebut.
Dikutip dari Sputnik, Senin 8 Agustus 2016, sebuah kantor berita online Rusia, Gazeta.ru memandang dengan bekal teknologi roket dan satelit masih disangsikan.
merupakan salah satu negara pertama di kawasan Asia Pasifik yang telah maju dalam teknologi roket.
Gazeta.ru mencatat Korea Utara sukses meluncurkan satelit pertama kali, Kwangmyongsong 3, pada 12 Desember 2012. Pencapaian itu membuat negara yang dipimpin Kom Jong Un itu masuk dalam sepuluh negara yang berhasil dalam teknologi antariksa di dunia.
"Korea Utara mampu meluncurkan satelit menggunakan kendaraan peluncur buatan sendiri, ini menempatkan bersaing dengan Korea Selatan," tulis laman tersebut.Â
Kemudian tetangga Korea Selatan itu melanjutkan peluncuran satelit terbarunya, Kwangmyongsong 4 pada Februari 2016.
Sementara dalam teknologi roket, Korea Utara punya roket jensi tiga tahap, berbasis rudak balistik militer. Roket ini merupakan rekayasa dari roket versi Uni Soviet.
Roket buatan Korea Utara, Unha-3 sudah sukses menggendong muatan satelit berbobot 100 kilogram, Kwangmyongsong 3. Tapi kemampuan membawa bobot muatan itu dipandang masih jauh dari kemampuan roket sejenis.
Bisa dibandingkan dengan roket Saturn 5 milik AS yang meluncur dengan bobot 2965 ton, atau roket penerbangan ke Bulan N1 milik Uni Soviet yang dikembangkan awal 1960-an. Roket Uni Soviet itu berbobot 2950 ton. Roket Korea Utara juga jauh jika dibandingkan dengan roket Energiya Uni Soviet yang berbobot 2400 ton.
Melihat profil roket tersebut, roket Korea Utara dipandang setidaknya harus bisa membawa beban 120-140 ton. Kemudian untuk membuat roket yang mampu membawa bobot muatan dari 100 kilogram menjadi 140 ton, Korea Utara dipandang belum mampu.
"Untuk menciptakan roket sekelas Energiya atau Saturn 5, insinyur roket Korea Utara belum ada kemampuan untuk ini," tulis Gazeta.ru.
Bisa gagal
Pendapat senada juag dilontarkan oleh pakar roket dari Barat. Mereka memandang Korea Utara butuh waktu untuk mewujudkan ambisi tersebut. Pakar teknologi roket dan rudal Korea Utara, Markus Schiller mengatakan, Korea Utara butuh waktu sekitar satu dekade atau lebih untuk benar-benar bisa mengirimkan misi mereka di orbit Bulan.
"Jika mereka memang bernafsu pada misi itu, perkiraan personal saya, mereka mungkin berusaha keras mencoba tapi mereka akan gagal dan kita tidak akan melihat kesuksesan pengorbit Korea Utara setidaknya dalam dua dekade," jelas Schiller.
Nada pesimis juga dilontarkan oleh pakar dari Rusia. Mantan Direktur Fourth Central Reserach Institute, Departemen Pertahanan Rusia, Vladimir Dvorkin mengatakan, ragu tentang kemampuan material Korea Utara untuk menjalankan misi eksplorasi Bulan.
Dvorkin mengatakan, dia tak yakin Korea Utara saat ini punya kemampuan teknologi menciptakan kendaraan peluncur besar atau pesawat antariksa yang bisa membawa misi ke Bulan.
"Menciptakan peralatan seperti itu butuh waktu beberapa dekade. Bahkan saya tak yakin program (pembuatan peralatan itu) akan diimplementasikan oleh Korea Utara," ujar Dvorkin yang terlibat dalam program rudal Uni Soviet pada awal 1960-an.