Apple Dongkrak Nasdaq ke Level Tertinggi Sejak Juli 2015
Selasa, 2 Agustus 2016 - 07:17 WIB
Sumber :
- REUTERS/Brendan McDermid
VIVA.co.id
- Perdagangan saham di bursa Amerika Serikat bergerak variatif, menyoroti kinerja dua indeks utama yaitu Standard & Poor's 500 dan Dow Jones yang melorot terseret kinerja saham energi. Hal itu dipicu oleh kembali turunnya harga minyak mentah AS.
Sementara, saham Apple dan Alphabet mampu mendongkrak indeks teknologi Nasdaq, ditutup naik ke level tertinggi sejak lebih dari satu tahun.Â
Dilansir dari Reuters, Selasa 2 Agustus 2016, indeks S &P 500 sempat mencapai rekor tertinggi di awal sesi. Namun, ini tidak mampu mempertahankan kenaikan karena harga minyak mentah AS merosot ke bawah US$40 per barel, atau level terendahnya sejak April, sebelum ditutup di level US$40,06 per barel.Â
"Minyak sekali lagi muncul kembali sebagai pemandu investor untuk mengukur tren ekuitas," ujar ahli strategi pasar di Global Markets Advisory Group di New York, Peter Kenny.Â
Saham Exxon (XOM.N) dan Chevron (CVX.N) turun 3,1 persen dan 3,3 persen. Menjadi pendorong terbesar kinerja negatif dua indeks utama tersebut, S & P sektor energi SPNY kehilangan 3,3 persen pada perdagangan kala itu.Â
Dow Jones industrial average turun 27,73 poin, atau 0,15 persen, ke level 18.404,51, S & P 500 kehilangan 2,76 poin, atau 0,13 persen, ke level 2.170,84 dan Nasdaq Composite IXIC menambahkan 22,07 poin, atau 0,43 persen, ke level 5.184,20.
Indeks Nasdaq ditutup pada level tertinggi sejak 21 Juli 2015. Saham Apple Inc. (AAPL.O) naik 1,8 persen, memberikan dorongan terbesar untuk tiga indeks utama. Apple telah naik lebih dari sembilan persen sejak laporan kinerja pekan lalu.Â
Sementara itu, induk Google, Alphabet Inc (GOOGL.O) naik 1,2 persen pada US$$800,94. mendorong kinerja indeks teknologi di AS.Â
Sekitar 6,65 miliar saham berpindah tangan di bursa AS pada perdagangan Senin. Lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata harian selama 20 sesi terakhir yang mencapai 6,6 miliar saham.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Minyak sekali lagi muncul kembali sebagai pemandu investor untuk mengukur tren ekuitas," ujar ahli strategi pasar di Global Markets Advisory Group di New York, Peter Kenny.Â