2017, Produksi Banyu Urip Suplai 74 Ribu Barel ke Pertamina

Seorang petugas berjaga di lapangan minyak Blok Cepu di Desa Gayam, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jatim
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aguk Sudarmojo

VIVA.co.id - Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu diproyeksikan akan menyumbang kontribusi sebesar 74 ribu barel oil per day (BOPD) pada produksi minyak PT Pertamina pada tahun depan. 

Pertamina Pelajari Rencana PLN Caplok PGE
Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu (PEPC), Adriansyah dalam keterangan tertulisnya,  Kamis 29 Juli 2016, mengatakan, tahun ini kinerja rig sudah bekerja maksimum untuk produksi Banyu Urip sebesar 165 ribu BOPD. Puncak produksi tersebut tercapai pada Maret 2016. 
 
Dapat Arahan Menteri BUMN, PLN Bakal Caplok PGE
"Jadi, di Januari produksi belum selevel itu. Ini membuat produksi rata-rata tahunan 2016, sekitar 69 ribu BOPD. Kita berharap masih bisa ditingkatkan, karena itu rata-rata tahunan. Misalnya 2017, kita asumsikan full Januari-Desember 165 ribu BOPD, maka bagian sekitar  PEPC 74 ribu BOPD," ujarnya.
 
Pertamina Jamin Stok Premium Tetap Tersedia di Medan
Sebagai informasi, kontrak kerja sama Blok Cepu ditandatangani pada 17 September 2005. Pertamina EP Cepu, cucu usaha Pertamina bersama Mobil Cepu Limited, anak usaha Exxon Mobil Corporation, memegang 45 persen hak partisipasi. 
 
Sisanya, 10 persen hak partisipasi dikuasai Badan Kerja Sama Blok Cepu (BKS). Rencana pengembangan lapangan yang diperkirakan memiliki cadangan 445 juta barel tersebut disetujui Kementerian ESDM pada 15 Juli 2006. 
 
Menurut Adriansyah, langkah yang dilakukan saat ini adalah menjalankan releabilty plan, agar puncak produksi Lapangan Banyu Urip tetap bisa dipertahankan ke depannya. Sebab, puncak produksi akan menemui sejumlah tantangan, seperti plant shutdown untuk perawatan. 
 
Selain Lapangan Banyu Urip, kontraktor Blok Cepu juga tengah mengembangkan Lapangan Kedung Keris. Meski produksinya tidak sebesar Banyu Urip, Kedung Keris akan menjadi andalan untuk mengkompensasi penurunan produksi alamiah (decline) Banyu Urip.
 
"Kita harapkan, mulai on stream pada saat Banyu Urip decline kira-kira perhitungan PoD (plan of development) awal, pada 2017 akhir, atau di 2018lah. Tetapi, tidak begitu besar," kata dia.
 
Adriansyah menambahkan, berdasarkan rencana pengembangan yang disetujui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), produksi Lapangan Kedung Keris sekitar delapan ribu barel per hari.
 
Ke depan, lanjut dia, pengembangan yang dilakukan di Blok Cepu tidak lagi pada produksi minyak, namun gas. Pengembangan yang dilakukan antara lain, Lapangan Jimbaran Tiung yang ditargetkan on stream pada 2019. 
 
"Kami juga mengembangkan Alas Tua West dan Banyu Urip gas. Di Banyu Urip ada gas, kita injeksi balik ke bawah untuk dorong minyak," tambahnya.
 
Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro berpendapat, lapangan Banyu Urip, Blok Cepu sampai saat ini menjadi andalan bagi produksi migas, tidak hanya Pertamina namun juga untuk nasional. 
 
Bahkan, untuk dua sampai tiga tahun ke depan, Banyu Urip masih jadi andalan. "Karena, memang cadangan terbesar ada di situ. Namun, secara teknis, setelah mencapai puncak produksi memang harus turun, alamiah itu," kata dia.
 
Komaidi mengatakan, untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi Lapangan Banyu Urip bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti melalui enhanced oil recovery (EOR). Selain itu, bisa juga dilakukan melalui pengembangan di sekitar Banyu Urip.
 
"Tapi pengembangan sekitar perlu waktu lama, meski sudah ditemukan cadangan baru, tetapi kan tetap perlu persiapan, minimal dua tahun," ungkapnya. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya