Dorong Pertumbuhan Global, Anggota G-20 Pererat Kebijakan
- Reuters
VIVA.co.id – Negara-negara dengan ekonomi terbesar dunia harus meningkatkan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi global dan memberikan manfaat luas atas pertumbuhan tersebut terhadap masyarakat. Hal tersebut, adalah kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan negara-negara G-20 di Chengdu, Tiongkok, Sabtu 23 Juli 2016.
Dilansir dari laman Reuters, Minggu 24 Juli 2016, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara anggota G-20 sepakat untuk melawan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan sepakat untuk saling berkoordinasi dalam menghadapi semakin buruknya tantangan global, setelah keputusan Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
Menteri Keuangan Amerika Serikat, Jack Lew mengatakan, penting bagi negara anggota G-20 untuk meningkatkan pertumbuhan bersama dengan menggunakan semua alat kebijakan, termasuk kebijakan moneter dan fiskal, serta reformasi struktural, untuk meningkatkan efisiensi.
"Ini adalah saat yang penting bagi kita semua untuk melipat gandakan usaha kita, dengan menggunakan semua alat-alat kebijakan yang kita miliki untuk terus harus mendorong pertumbuhan bersama," kata Lew.
Kemudian, Menteri Keuangan Tiongkok Lou Jiwei menyerukan kepada seluruh anggota G-20 untuk lebih banyak lakukan koordinasi untuk mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan, karena tanpa itu fiskal dan moneter menjadi kurang efektif dalam memacu kegiatan ekonomi.
"Negara-negara G-20 harus meningkatkan komunikasi kebijakan dan koordinasi, membentuk konsensus kebijakan dan membimbing ekspektasi pasar. Selain itu, kebijakan moneter harus melihat ke depan dan transparan, serta efektivitas kebijakan fiskal harus ditingkatkan," kata Lou.
Pasca Brexit
Sementara itu, Menteri Keuangan Inggris yang baru, Philip Hammond mengatakan, negaranya akan tetap fokus untuk menjaga pertumbuhan ekonomi usai referendum warga Inggris yang mememutuskan untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
Dana Moneter Internasional (Internasional Monetary Fund/IMF) pekan ini menyatakan, akibat keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), proyeksi pertumbuhan ekonomi harus dipangkas. Hal tersebut, disebabkan ketidakpastian masa depan hubungan perdagangan Inggris dengan Eropa, yang menyebabkan rendahnya investasi serta turunnya kepercayaan konsumen.
Menteri Ekonomi Italia Pier Carlo Padoan mengatakan, dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa jelas membuat semua lembaga menurunkan proyeksi ekonomi global dan ini menjadi semua masalah. Sehingga, seharusnya atas masalah ini perlu ada klarifikasi tentang waktu dan proses keluarnya Inggris secara cepat agar lebih baik bagi ekonomi. (asp)