Pertumbuhan Ekonomi Lambat, BI Rate Diharapkan Turun Lagi
- REUTERS/Garry Lotulung
VIVA.co.id – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memandang, kebijakan moneter Bank Indonesia dengan menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) sampai di level 6,5 persen belum terlalu merangsang pertumbuhan perekonomian nasional.
Direktur Peneliti CORE Indonesia, Mohammad Faisal, mengungkapkan, meskipun BI Rate sudah empat kali diturunkan dalam enam bulan terakhir, tingkat suku bunga acuan Indonesia tercatat masih yang tertinggi di negara berkembang.
"Padahal dengan inflasi yang rendah, ruang penurunan suku bunga masih sangat terbuka," ujar Faisal dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu 20 Juli 2016.
Faisal menilai, transmisi kebijakan penurunan BI Rate ke sektor riil juga masih terkoreksi lambat. Tercatat sampai saat ini, suku bunga kredit masih bertahan di level 12,6 persen. Sementara suku bunga deposito, juga berada di level 7,6 persen di bulan Juni 2016.
"Malaysia itu lebih tinggi inflasi dari suku bunga acuannya," katanya.
Pada akhirnya, lanjut Faisal, tingginya suku bunga kredit pun memengaruhi tingkat permintaan kredit perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan tahunan hingga April, hanya tercatat sebesar delapan persen. Ini merupakan tingkat pertumbuhan kredit terendah, sejak lima tahun terakhir.
"Tahun 2015, itu pertumbuhan kredit masih tumbuh double digit. Bahkan kredit di sektor pertambangan dan penggalian masih mampu tumbuh sepuluh persen," ujarnya.