Wakil Ketua BKSAP DPR: Negosiasi, Bukan Transaksi
VIVA.co.id – Wakil Ketua Badan Kerjasama Sama Antar Parlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Rofi Munawar meminta pemerintah untuk mengambil jalan negosiasi dan tidak bertransaksi tebusan atas tiga Warga Negara Indonesia (WNI) yang ditawan Kelompok Abu Sayyaf di perairan Malaysia.
Ketiga WNI itu berasal dari NTT adalah Emanuel Arakian Marang, Laurens Lagadoni Koten dan Theodorus Kopong. Mereka ditawan namun empat orang ABK lain yang bukan WNI dilepaskan.
"Pemerintah harus membuktikan bahwa pembebasan WNI yang selama ini dilakukan karena pendekatan diplomasi dan ditempuh dengan negosiasi bukan transaksi. Negosiasi yang bukan hanya dengan kelompok bersenjata Abu Sayaf, namun juga dengan pemerintah Filipina agar lebih serius," ujar Rofi Munawar dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu 13 Juli 2016.
Legislator asal Jawa Timur ini menjelaskan, untuk kesekian kali penculikan terhadap WNI dilakukan oleh kelompok Abu Sayaf diperairan Malaysia. Penculikan ini menjadi bukti bahwa pemerintah belum serius dalam proses negosiasi dan meningkatkan kerjasama strategis dengan pemerintah Filipina maupun Malaysia. Pemerintah terkesan bertindak reaktif terhadap berbagai kasus penculikan, menyelesaikan secara parsial dan per kejadian.
"Kelompok Abu sayaf yang menculik WNI dalam tindakannya pasti mempunyai motif dan proyeksi. Selain untuk menciptakan gangguan kemamanan di perairan, mereka juga menjadikan potensi ekonomi dari setiap proses penyanderaan," ujar Rofi.
Rofi juga mengapresiasi serta mendukung sikap tegas Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo yang siap melakukan operasi militer terencana untuk melakukan pembebasan sandera. Dirinya percaya, bahwa TNI mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
Sebelum penyanderaan tiga WNI, tujuh anak buah kapal (ABK) WNI lebih dulu disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina Selatan.
Sebelumnya, 10 WNI ABK kapal tunda Brahma 12 disandera kelompok Abu Sayyaf dan dibebaskan pada awal Mei 2016. Selain itu, empat ABK kapal tunda Henry juga disandera kelompok yang sama. Keempatnya dibebaskan pada pertengahan Mei 2016. (Webtorial)