Anak Bupati Gunungkidul Tak Malu Buka Usaha Angkringan
- VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA.co.id – Yogyakarta terkenal dengan kuliner dan makanan yang serba murah, seperti menu makanan yang dijual di angkringan yang hampir di setiap ruas jalan di Yogya dapat kita temukan.
Angkringan masuk pertama kali di Yogyakarta, sekitar tahun 90-an dibawa oleh para perantau yang kebanyakan dari warga Klaten, Jawa Tengah dan sekitarnya. Harga makan yang murah terbilang sangat cocok bagi kantong pelajar, atau mahasiswa yang masih mengandalkan kiriman uang dari orangtua selama menempuh studi di Yogyakarta.
Berkaca dari suksesnya warga pendatang yang membuka usaha angkringan, anak Bupati Gunungkidul, Yogyakarta, tanpa malu membuka usaha jalanan tersebut.
"Ya, kenapa harus malu membuka usaha kecil-kecilan," kata Yune Prana Elzuhriya (38) anak kedua dari Bupati Gunungkidul, Badingah, di Yogyakarta, Rabu 13 Juli 2016.
Bersama dengan suaminya, Iwan Surya Purnama (44), Yune membuka warung angkringan tepat halaman rumahnya di Jalan Pangarsan, Purbosari, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul yang angkringannya diberi nama "Angkringan Batik".
"Modal awal membuka usaha hanya sekitar Rp5 juta. Modal gerobak angkringan yang dibuat oleh suami saya," katanya.
Sesuai dengan namanya "Angkringan Batik", maka gerobak untuk berjualan angkringan pun diberi ornamen batik, termasuk kursi dan mejanya. "Ada dua meja dan kursi yang diberi ornamen batik," ujarnya.
Meski usaha baru saja dibuka, Yune mengaku mendapat dukungan penuh dari ibunya (Badingah) yang sudah dua periode menjabat sebagai Bupati Gunungkidul.
Menu makanan yang ditawarkan seperti angkringan yang lainnya. Ada oseng tempe, babat gongso, sambel teri hingga rendang ayam.
Bahkan, jika bahannya ada, angkringannya juga menyediakan nasi kucing sambal welut. Gorengan spesial masih panas dan berbagai sate khas angkringan. Pembeli juga dapat memesan minuman khas angkringan.
Yune memaparkan alasan membuka angkringan, karena dia punya hobi wedangan. Selain itu, ia pernah membuka usaha batik, namun sayang harus ditutup setelah anak pertamanya lahir.
Selanjutnya>>>
Iwan Surya Purnawan, suami dari Yune, menambahkan, gerobak angkringan dibuat sendiri dengan modal Rp850 ribu. Dia menceritakan, saat proses membuatnya, ia sempat dirawat di RSUD Wonosari karena kelelahan.
"Saya milih bikin sendiri, karena kalau beli sama orang bisa Rp3 juta," katanya.
Untuk angkringan, dia sengaja tidak memasang wifi, karena ia ingin pelanggannya bisa saling bercengkrama. Selain itu, dia berharap angkringannya menjadi tempat berbincang-bincang santai tentang berbagai hal, dan menambah kenalan.
"Kalau orang ke sini memegang handphone maka akan autis dan tidak akan berbicara, mereka akan asyik dengan kesibukannya masing-masing," ucapnya.
Iwan mengakui, membuka angkringan tidak terlalu banyak risikonya, dengan modal kecil hasilnya cukup lumayan untuk menopang kehidupan keluarganya. Ke depan, dia memiliki mimpi untuk membuka cabang.
"Hitungannya, kalau saya dulu jasa rental mobil, hasilnya besar, tetapi modalnya besar. Kalau ini modal kecil, hasilnya lumayan. Jika dihitung persentase antara modal dan hasil, maka ketemunya lumayan," ungkapnya. (asp)