Elpiji Melon Langka di Garut, Ini Penjelasan Pertamina
- VIVAnews/Daru Waskita
VIVA.co.id – Sepekan lalu, warga Garut, Jawa Barat, mulai mengeluhkan mahalnya gas tiga kilogram pada sejumlah. Pasokannya pun mendadak menghilang di pasaran. Warga kesulitan mendapatkan gas, hingga harus mencari gas ke tempat lain yang jaraknya mencapai beberapa kilometer.
Menanggapi hal tersebut, PT Pertamina menegaskan, per bulan Juli ini sudah memberikan fakultatif sebanyak 280 persen dari alokasi harian dengan total jumlah tabung 137.680 tabung. Bahkan, pada tanggal 12 hingga 14 Juli 2016 mendatang, alokasi juga akan ditambahkan sebanyak 180 persen dari alokasi normal.
Mengenai mahalnya harga gas tabung melon di daerah tersebut, Area Manager Communication & Relations Pertamina Jawa Bagian Barat, Yudy Nugraha menegaskan, penetapan harga di daerah bukan kewenangan pihaknya.Â
"Pengawasan harga termasuk monitoring di tingkat pengecer, atau warung sudah tidak menjadi kewenangan dari Pertamina, sedangkan HET (Harga Eceran Tertinggi) di tingkat pengecer ditentukan oleh pemerintah daerah setempat," ujar Yudy dalam keterangan resminya, Senin 11 Juli 2016.Â
Baca juga:
Agar permasalahan ini tidak terulang lagi, dia menyarankan, pemda dapat membantu dengan menentukan harga eceran nyata (HEN) di lapangan. Sehingga, ada sanksi, atau dan denda bagi pengecer yang menjual dengan harga yang tidak wajar.
"Agar mereka (pengecer) tidak dapat menentukan margin secara sepihak yang membuat harga menjadi melambung," tambahnya.Â
Saat ini, Pertamina pun memastikan, ketersedian elpiji tiga kg masih sangat cukup untuk masyarakat terutama di wilayah Cibatu yang terjadi kelangkaan. Apalagi, dibantu dengan tambahan alokasi tersebut.Â
Diinformasikan, HET Pangkalan yang ditentukan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Garut berkisar Rp16-17 ribu di tingkat pangkalan, tetapi tergantung kondisi geografis.
Kelangkaan elpiji yang terjadi, berdasarkan analisa Pertamina disebabkan serapan yang melonjak oleh pedagang makanan musiman di daerah tersebut. Yang membutuhkan elpiji, serta adanya pengecer musiman selama bulan puasa dan menjelang hari raya Lebaran.
Seperti diketahui, wilayah Garut merupakan salah satu jalur mayoritas mudik arus balik dan termasuk wilayah rawan macet. Namun, Pertamina akan terus mengupayakan, agar penyaluran lebih cepat sampai ke masyarakat. (asp)