Di Masa Depan, Kota Bisa Terbangun dari Tulang
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA.co.id – Peneliti Universitas Cambridge, Inggris, prihatin dengan meningkatnya emisi karbon yang disebabkan dari penggunaan bahan baja dan beton di kota-kota di dunia. Pertumbuhan penggunaan beton dan baja di kota memang kian tinggi seiring dengan arus tinggal orang ke kota dibanding di desa.
Diketahui, selain penerbangan pesawat yang berkontribusi untuk meningkatkan emisi, peneliti mengatakan produksi beton dan baja juga merupakan biang emisi.
Untuk itu, peneliti universitas tersebut memutar otak guna menemukan
"Apa yang kami coba lakukan yaitu untuk memikirkan ulang membuat sesuatu. Para insinyur cenderung untuk melemparkan energi pada masalah, mereka secara mendasar menjalankan sesuatu secara berbeda," ujar Michelle Oyen, insinyur biologi di Department of Engineering Universitas Cambridge dikutip dari Christian Science Monitor, Kamis 30 Juni 2016.
Dengan sokongan dana dari US Army Corps of Engineers, Oyen dan tim penelitinya menciptakan contoh kecil dari tulang buatan dan cangkang telur dengan menempatkan hidroksiapatit, bentuk mineral kalsium apatit, langsung ke lapisan kolagen alami.
Dikatakan, sampel tersebut bisa diproduksi pada suhu ruangan dan hanya dibutuhkan energi yang kecil.
Peneliti mengatakan, tulang buatan dan cangkang telur bisa menjadi bahan bangunan yang bisa dipertimbangkan. Sebab, kedua bahan itu tersusun dari protein dan mineral.
Mineral memberikan kekakuan dan kekerasan, sedangkan protein mampu memberikan sisi ketangguhan dan ketahanan atas patahan.
Dalam tulang, kata peneliti, bahkan proporsi mineral dan protein hampir setara. Sementara itu, pada cangkang telur proporsinya 95 persen mineral dan 5 persen protein.
Hanya saja, peneliti mengatakan, tulang buatan tidak punya kemampuan seperti tulang alami yang bisa bertumbuh secara mandiri.
Oyen menjelaskan, jika nantinya bahan alternatif itu bisa dipakai oleh industri konstruksi, maka itu akan menjadi sebuah terobosan nyata.
Peluang itu terbuka, sebab selama ini industri konstruksi sangat konservatif, berupaya membangun gedung dengan bahan baru. "Jika kita melaju (menggunakan bahan alternatif itu), akan membuat perubahan nyata, memikirkan kembali apa yang telah terjadi," kata Oyen.
Peneliti juga mengajukan bahan alternatif selain baja dan beton, yaitu kayu. Tapi, bahan kayu memang tak sepopuler kedua bahan bangunan tersebut.