Keluar Uni Eropa, Inggris Berpotensi Resesi pada 2017
- REUTERS/Francois Lenoir
VIVA.co.id – Setelah Inggris menyatakan keluar dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit) pada Jumat 24 Juni 2016, negara tersebut diperkirakan memasuki masa resesi ekonomi pada 2017. Akibat langkah Inggris tersebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi global juga diperkirakan melambat 0,1 poin (percentage point) menjadi 3,1 persen pada 2016.
Seperti dilansir dari CNBC pada Senin 27 Juni 2016, Ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius dalam laporannya mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris akan berdampak turun hingga 2,75 poin dalam 18 bulan ke depan. Hal tersebut, disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian dan memburuknya perdagangan.
Dalam laporan tersebut, Goldman Sachs juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Inggris Raya hanya mencapai 1,5 persen, atau turun 0,5 persen dari perkiraan sebelumnya. Kemudian, pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi Inggris diperkirakan hanya 0,2 persen, atau turun 1,8 persen dari perkiraan sebelumnya.
"Ada tiga transmisi ekonomi Inggris, yaitu perdagangan cenderung memburuk ke Uni Eropa, penundaan perusahaan lakukan investasi, dan pelemahan permintaan Inggris karena pengetatan kondisi keuangan akibat penguatan nilai tukar, serta harga aset yang lebih rendah," jelas Hatzius.
Sementara itu, laporan Goldman Sachs juga memperkirakan PDB zona Euro akan turun 0,5 poin menjadi 1,25 persen dalam dua tahun ke depan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada 2016, diperkirakan hanya sebesar dua persen, atau lebih rendah dari sebelumnya sebesar 2,25 persen. (asp)