2017, Desainer Ini Optimistis RI Jadi Kiblat Fesyen Muslim
- Diza Liane Sahputri/Viva.co.id
VIVA.co.id – Tumbuh suburnya busana muslim di Indonesia, diyakini mampu menjadikan Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim di seluruh dunia dalam waktu dekat. Bahkan desainer busana muslim, Jenahara Nasution, optimistis Indonesia bisa mencapai obsesi tersebut pada tahun depan.
Jenahara mengatakan, itu karena banyak produsen busana muslim yang sudah aktif memberikan berbagai pilihan busana yang lebih modis untuk pecinta fesyen yang menutup aurat.
"Busana muslim Indonesia itu suatu keunggulan yang tidak dimiliki negara lain. Karena dominan dengan masyarakat muslim, market-nya sudah jelas dengan pasar yang semakin meningkat," kata desainer muda itu kepada VIVA.co.id, belum lama ini.
Menurut Jenahara, dengan meningkatkan pemasaran busana muslim yang modis akan memudahkan para muslim menjadi trendsetter dengan gayanya masing-masing. Hal ini yang membuatnya yakin bahwa Indonesia bisa secepatnya menjadi kiblat fesyen muslim di seluruh dunia, tanpa menunggu tahun 2020 seperti yang ditargetkan pemerintah.
"Kenapa harus 2020? Lebih cepat dong. Tahun 2017 pasti bisa," ujar Jenahara.
Dia berharap, dengan target yang lebih cepat akan mampu mendongkrak para produsen serta konsumen busana muslim untuk tidak hanya menuangkan ide kreatifnya, namun juga memasarkannya melalui media yang mudah dijangkau. Selain itu, dia juga berharap kolaborasi lebih sering oleh banyak pihak untuk mencapai target tersebut.
"Ini ibarat api yang belum nyala, masih sumbunya. Jadi masih harus digebrak lagi fesyen muslim di Indonesia," tutur dia.
Tren busana muslim memang sudah berkembang, tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di dunia. Beberapa desainer dunia, seperti Oscar de la Renta dan Dolce & Gabbana pun turun meluncurkan busana muslim.
Berdasarkan data The State of the Global Islamic Economy Report 2015/2016, pendapatan penjualan pakaian syar'i mendekati US$230 miliar atau mencapai Rp3.059 triliun. Diperkirakan pendapatan fesyen muslim ini akan berkembang hingga US$327 miliar atau sekitar Rp4.350 triliun (kurs saat ini) pada tahun 2020.
Dia berharap, dengan target yang lebih cepat akan mampu mendongkrak para produsen serta konsumen busana muslim untuk tidak hanya menuangkan ide kreatifnya, namun juga memasarkannya melalui media yang mudah dijangkau. Selain itu, dia juga berharap kolaborasi lebih sering oleh banyak pihak untuk mencapai target tersebut.
"Ini ibarat api yang belum nyala, masih sumbunya. Jadi masih harus digebrak lagi fesyen muslim di Indonesia," tutur Jenahara. (ase)