Akibat Brexit, Ekonomi Inggris Bisa Turun di 2030
- www.thesun.co.uk
VIVA.co.id – Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan, hengkangnya Inggris dari zona Uni Eropa, akan membuat perekonomian negara tersebut mengalami keruntuhan pada 2030 mendatang. Ini merupakan dampak jangka panjang dari sinyal Inggris, yang tinggal menunggu waktu untuk keluar dari yuridiksi kawasan Benua Biru itu.
“Kajian kami mengatakan, ekonomi Inggris bisa terjadi penurunan sampai tujuh persen. Itu implikasi jangka panjang,” ujar Agus, saat ditemui di Kompleks BI Jakarta, Jumat 24 Juni 2016.
Menurut Agus, masa transisi Inggris sebelum keluar dari Uni Eropa, merupakan masa-masa sulit yang akan dirasakan negeri Elizabeth tersebut. Periode aliran dana dunia yang bergerak menuju negara yang dianggap aman, atau flight to quality saat ini sedang berlangsung.
Imbas dari periode tersebut, lanjut Agus, sudah tercermin dari jatuhnya mata uang poundsterling ke titik terendah sejak 30 tahun yang lalu. Bahkan, mata uang Euro pun terkena imbas dari keputusan kelompok pro-Brexit yang berhasil unggul mencapai 52 persen suara dalam hasil referendum.
“Poundsterling anjlok sampai 10-11 persen dan ini menjadi yang terendah. Bahkan, tadi kami lihat volatilitasnya naik sampai satu persen. Ini menunjukkan poundsterling dalam tekanan,” tutur mantan menteri keuangan itu.
Meskipun hasil referendum belum secara resmi dikeluarkan, butuh waktu yang cukup lama bagi Inggris untuk benar-benar berpisah dari Uni Eropa. Berbagai perundingan, harus kembali dibicarakan dengan Uni Eropa sebelum merealisasikan keputusan itu. Hal ini, tentu akan semakin berdampak terhadap perekonomian Inggris.
“Ada proses negoisasi. Pada saat negoisasi, akan dibicarakan tentang bagaimana tarif, dan bagaimana kalau melakukan migrasi. Kemudian, bagaimana non tarif barier. Jadi, perlu waktu dua tahun, dan nanti implikasinya jangka panjang,” kata Agus.
Sebagai informasi, dilansir dari laman The Guardian, Bank of England menegaskan akan mengambil langkah-langkah antisipatif untuk menjaga volatilitas pasar keuangan. Imbas dari keputusan Inggris yang tinggal menunggu waktu untuk keluar dari Uni Eropa.
Tak tanggung-tanggung, Gubernur Bank of England Mark Carney siap menggelontorkan dana setidaknya mencapai 250 miliar poundsterling dalam rangka operasi pasar secara normal, guna menstabilisasi mata uang negeri Elizabeth. (asp)