Brexit, Bagaimana Nasib Kerja Sama RI & Uni Eropa?
- Reuters/Rob Stodhart
VIVA.co.id – Pemerintah Indonesia, saat ini tengah melakukan perundingan kerja sama perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement) dalam skema Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa. Namun, keluarnya Inggris dari Uni Eropa dikhwatirkan akan memengaruhi proses negoisasi kerja sama dengan Uni Eropa.
Bagaimana tidak, Inggris merupakan salah satu negara dengan skala ekonomi terbesar di kawasan Benua Biru tersebut setelah Jerman. Dengan proses perundingan yang masih berlanjut antara pemerintah Indonesia dan Uni Eropa, keluarnya Inggris dari yuridiksi tersebut, tentu bisa memberikan pengaruh pada perjanjian tersebut.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menegaskan, apabila seluruh hasil referendum nantinya memutuskan Inggris untuk Britain Exit (Brexit), maka hal ini sama sekali tidak akan memengaruhi rencana kerja sama CEPA, dengan Uni Eropa. Perjanjian tetap berjalan sebagaimana mestinya.
“Perdagangan tidak ada isu. Kami ingin membangun perdagangan. Sekarang Menteri Perdagangan (Thomas Trikasih Lembong) sedang menyelesaikan CEPA dengan UE,” tutur Bambang, saat ditemui di Kompleks Kementerian Keuangan Jakarta, Jumat 24 Juni 2016.
Bambang mengatakan, keluarnya Inggris dari Uni Eropa tidak akan memengaruhi kerja sama dalam bidang apapun yang selama ini dibina oleh Indonesia maupun Uni Eropa. Bahkan, jika memang harus, pemerintah menyatakan kesiapannya untuk melakukan perjanjian bilateral khusus dengan Inggris, jika memang hal itu diperlukan.
“Inggris ini sebagai negara itu tidak bubar. Ini hanya keterkaitan dia dengan Uni Eropa, yang sudah tidak ada lagi. Nanti, kami bangun dengan Inggris secara bilateral, tidak akan ada masalah,” katanya.
Bambang mengaku lega, karena keputusan untuk melakukan roadshow penerbitan surat utang berdenominsasi mata uang Euro, beberapa waktu yang lalu dilakukan sebelum muncul isu Brexit.
“Kami keluarkan Euro Bond jauh sebelum Brexit terjadi. Bisa dibayangkan kalau kami belum mengeluarkan (Euro Bond), maka akan sulit untuk punya jendela untuk keluarkan Euro Bond, kalau Brexitnya keburu terjadi,” ujar dia. (asp)