Menkeu: Brexit Menguat, Siap-siap Rupiah Tertekan
- www.sputnik.com
VIVA.co.id – Perhitungan sementara dari hasil referendum Inggris menunjukkan bahwa kelompok pro-Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa) berhasil menang dengan perolehan suara 71,8 persen dari 30 juta pemilih yang berasal dari Negeri Ratu Elizabeth.
Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, meskipun hasil referendum belum resmi diutarakan, namun struktur perekonomian dunia mau tidak mau harus menerima konsekuensi, karena indikasi keluarnya Inggris dari yuridiksi Uni Eropa sudah semakin kuat.
“Memang agak mengejutkan karena di saat terakhir, ternyata lebih banyak yang memilih keluar. Sehingga, pasti ada gejolak di pasar keuangan mana pun secara global,” kata Bambang saat ditemui di Kompleks Kementerian Keuangan Jakarta, Jumat 24 Juni 2016.
Bambang memperkirakan, ketidakpastian ini tentu memberikan implikasi yang menyeluruh terhadap kondisi perekonomian dunia, tak terkecuali bagi Indonesia. Pengaruh dari ketidakpastian ini, diprediksi akan memberikan tekanan terhadap sektor finansial dalam negeri.
“Mungkin nilai tukar, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), maupun surat utang negara kita mungkin agak tertekan,” katanya.
Namun, Bambang menegaskan sentimen negatif dari keputusan Brexit hanya bersifat sementara. Jika Uni Eropa sudah menemukan keseimbangan baru usai keluarnya Inggris, maka ketidakpastian tersebut akan berakhir.
Ia menambahkan keluarnya Inggris justru hanya akan merugikan negara tersebut. Karena kehilangan potensi yang sudah diberikan dari beberapa negara kawasan benua biru itu. Meskipun memang secara produk domestik bruto, Inggris memang menjadi negara terbesar kedua setelah Jerman di yuridiksi Uni Eropa.
“Dengan tidak adanya Inggris, mungkin kekuatan UE sebagai kelompok ekonomi akan berkurang, sehingga mungkin daya tawarnya juga akan berkurang,” tuturnya.