23-06-1967: AS-Soviet Bertemu Redakan Ketegangan
- sunnycv.com
VIVA.co.id – Hari ini 49 tahun silam. Dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet melakukan pertemuan bilateral selama tiga hari di Glassboro, New Jersey, AS. Pertemuan antara Presiden AS, Lyndon Baines Johnson dengan Perdana Menteri Soviet, Aleksei Kosygin ini menjadi harapan bagi hubungan kedua negara yang lebih baik.
Melansir situs History, namun, pertemuan berakhir tanpa menghasilkan apa-apa. Isu-isu sensitif seperti Perang Vietnam dan konflik Timur Tengah terus menjadi pembahasan kedua negara yang terkadang membuat telinga panas.
Pertemuan Johnson-Kosygin adalah pertama kalinya sejak Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev mengunjungi AS untuk bertemu Presiden Dwight D. Eisenhower pada 1959. Hubungan kedua negara kerap bersitegang.
Timur Tengah, satu sisi, menjadi lahan perebutan kekuasaan AS dan Soviet, di mana Paman Sam secara resmi mendukung penuh Israel dengan menyuplai kebutuhan militer besar-besaran dan keuangan. Sisi lain, Soviet juga berkepentingan dengan beberapa negara Arab di sana, seperti Yaman, Mesir, dan Suriah.
Sementara Perang Vietnam lebih kental lagi persaingan keduanya. AS mendukung penuh Vietnam Selatan dan Soviet dengan Vietnam Utara. Ini menjadi "hotspot" Perang Dingin.
Terlebih lagi, kurang dari tiga minggu sebelum pertemuan di Glassboro, Israel berhasil menghempaskan Mesir, Suriah, dan Yordania dalam Perang Enam Hari. Melihat sejumlah konflik inilah, pertemuan Johnson dan Kosygin diharapkan mampu mengurangi ketegangan (detente).
Pada awal pertemuan, kedua pemimpin berbicara nada positif dalam pernyataan publik mereka. Johnson mencatat bahwa AS dan Soviet memiliki tanggung jawab untuk bertindak "cukup dan konstruktif" dalam rangka untuk membuat "mungkin bagi negara-negara lain untuk hidup dalam damai satu sama lain, jika hal ini bisa dilakukan."
Sedangkan, Kosygin menanggapi dengan menyatakan pihaknya ingin "menjalin persahabatan dan hidup damai dengan orang-orang Amerika". Akan tetapi, menurut sejumlah pengamat, Pertemuan Glassboro ini dianggap tidak sukses.
Sebab, Soviet terbukti tidak bersahabat pada isu-isu utama. Mereka justru mencap Israel sebagai agresor di Timur Tengah dan menuntut agar Israel mengevakuasi tanah yang disita selama Perang Enam Hari.
Mengenai Vietnam, sikap Soviet "lebih tidak bersahabat lagi". Menurutnya, perdamaian akan datang jika AS meninggalkan Vietnam. Menanggapi pernyataan keras Soviet itu, pemerintahan Johnson secara terbuka menyatakan bahwa Pertemuan Glassboro "sangat baik dan sangat bermanfaat."
Pembicaraan detente seharusnya berkelanjutan pascapertemuan Glassboro. Awalnya, Johnson dijadwalkan mengunjungi Moskow pada 1968. Tapi, karena sikap agresif Soviet terhadap Cekoslovakia di tahun yang sama, maka Johnson membatalkan kunjungan tersebut.