Apa Arti Brexit Bagi Ekonomi Asia?
- REUTERS/Yuriko Nakao
VIVA.co.id – Referendum keanggotaan Inggris di dalam keanggotaan Uni Eropa, telah menyebabkan dunia mengantisipasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa, dan implikasinya bagi perekonomian dunia. Triliun dolar Amerika Serikat, telah menghilang dari pasar saham dunia menjelang referendum Inggris pada 23 Juni nanti.
Dilansir Straitstimes, Selasa 21 Juni 2016, pasar modal di Asia Pasifik juga mengalami goncangan. Indeks bursa saham MSCI Asia Pasifik, di luar Jepang, turun hampir tiga persen pada pekan ini.
Indeks Tokyo anjlok lima persen dalam seminggu terakhir. Indeks Hong Kong, Hang Seng, turun lebih dari tiga persen pada periode yang sama. Indeks Sydney pun, jatuh hampir tiga persen.
Keluarnya Inggris dari Uni Eropa bisa mendorong lebih banyak kerugian triliun dolar dalam pasar saham. "Pasar berusaha untuk menghitung biaya Brexit, dan sebagai hasilnya kita bergerak memasuki sebuah periode penting sebelum referendum itu sendiri. Banyak hal akan menjadi tidak stabil dari sekarang," kata Kepala Staf Investasi Regional dari UBS Group AG, Kelvin Tay.
Mata uang negara-negara berkembang, seperti rupiah, ringgit Malaysia, won Korea Selatan, kemungkinan akan menanggung beban penjualan. Investor akan buru-buru mencari tempat aset investasi yang aman, seperti yen Jepang untuk mengamankan uang mereka.
"Apa yang kita lihat sekarang, adalah investor mempersiapkan konsekuensi Inggris keluar dari Uni Eropa, dan mereka tidak ingin memegang aset-aset berisiko," kata dia.
Keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan membuat London kurang atraktif sebagai destinasi investasi asing. Bagi kebanyakan perusahaan Asia, London merupakan lokasi kantor pusat terbaik untuk pasar Eropa.
Tetapi, Brexit akan memaksa perusahaan-perusahaan Asia untuk mempertimbangkan memindahkan kantor mereka ke Paris, Luxemburg, atau Brussels. Ini berarti para pekerja membutuhkan keahlian bahasa baru, selain penyesuaian budaya.
Sammi Shen, executive director dari Shanghai Nord Engine Asset Management Group, yang baru saja membuka kantor di London pada tahun lalu, mengatakan, Brexit akan menimbulkan pertanyaan terkait posisi London, sebagai platform untuk akses ke Eropa.
"Kami akan perlu menemukan mitra Eropa, atau membuka kantor di Eropa, itu rencana cadangan kami," katanya. (asp)