Tangsel Danai Berdirinya House of Indonesia di Jerman
- tvOne/Miranti Hirschmann
VIVA.co.id – Sebagai upaya mempromosikan produk ekspor unggulan, Indonesia membuka sebuah rumah promosi terpadu di kota Bremen, Jerman, dengan nama House of Indonesia (HoI), atau Rumah Indonesia.
Lokasi House of Indonesia ini terletak di sebuah mal kecil, CityLab, di area pusat belanja kota pelabuhan kedua terbesar Jerman itu.
House of Indonesia, yang dibuka pada 20 Mei 2016, menampilkan sejumlah produk unggulan usaha kecil menengah asal berbagai daerah di Indonesia. Harapannya, produk produk tersebut dapat menembus pasar Eropa.
Tidak bisa dilupakan, sekitar tahun 50an hingga 90an, tembakau Deli dan Jawa, sempat mengalami kejayaan dalam perdagangan tembakau di Eropa, yang dikenal dengan lelang tembakau di kota tersebut.
Tembakau Deli Sumatra masih sangat di kenal di Bremen, walaupun jumlah penjualannya sudah tak sebanyak dulu.
Usai upacara pembukaan, Wakil Menteri Ekonomi, Tenaga Kerja dan Pelabuhan kota Bremen, Ekkart Siering, yang ikut meresmikan House of Indonesia, kepada VIVA.co.id mengatakan, pembukaan House of Indonesia merupakan lembaran baru dalam kolaborasi antara Indonesia dan Bremen.
“Kami punya sejarah dalam perdagangan tradisional seperti teh, kopi, dan tembakau. Sekarang adalah waktu untuk berkolaborasi dalam perdagangan modern, juga dengan dunia. Salah satunya, ditandai dengan berdirinya House of Indonesia,“ katanya.
Berdirinya House of Indonesia merupakan gagasan dari seorang pengusaha Indonesia, Tati Junari Buesing-Kock yang telah lama bermukim di Jerman.
Tati, yang juga pemilik perusahaan Indo-Tati´s, telah memasarkan berbagai komoditas asal Indonesia, terutama produk kopi.
Menurut pengamatan dari pengalamannya berbisnis dengan Jerman, Tati melihat potensi komoditas lain yang cukup tinggi untuk diserap oleh pasar Jerman. Komoditas itu, menurut Tati, bukan hanya barang, tetapi juga produk jasa.
“House of Indonesia ini konsepnya sedemikian rupa supaya orang luar seperti orang Jerman, dapat mengenal produk produk Indonesia," jelasnya.
House of Indonesia terdiri dari dua showroom yang saling berhadapan. Total luas keduanya 284,59 meter persegi.
Showroom pertama menampilkan barang barang furniture dan pernik dekorasi rumah. Tampak di sana, berbagai bentuk cermin dengan berbagai bahan frame, kursi, lampu, dan dekorasi berbahan rotan.
Showroom satunya tampil dengan gaya kafe dengan lighting yang lebih hangat. Di sini orang dapat duduk duduk, baik di dalam maupun di selasar depan, untuk menikmati berbagai kopi asal Indonesia, yang disajikan oleh barista berpengalaman.
Di sini, ditampilkan berbagai produk fashion batik, produk pangan seperti sambal dan makanan kecil, juga teh organik.
Dalam mendukung operasional dan sewa kedua ruangan tersebut, House of Indonesia menggandeng Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, setidaknya untuk setahun ke depan.
Sekitar 30 delegasi pemkot Tangsel ikut hadir dalam pembukaan House of Indonesia.
Kepala Badan Perencanaan Pemkot Tangsel, Teddy Meiyadi Affandi mengungkapkan, keinginan pihaknya untuk meningkatkan pembangunan secara cepat.
Kerja sama dengan House of Indonesia tersebut mendapat persetujuan dari Wali Kota Tangsel, Airin Rachmi Diany.
“Kami ingin meningkatkan pemasaran juga ingin belajar agar produk kami bisa ikut dalam standar (di Eropa). Ini memang bukan hal yang mudah,“ katanya.
Mengenai jumlah dana yang dianggarkan untuk mendukung operasional House of Indonesia, Teddy mengungkapkan, untuk lima stand produk UKM, selama setahun ke depan, pihaknya menggelontorkan anggaran senilai Rp1 miliar.
Lokasi House of Indonesia dianggap cukup menguntungkan, karena terletak di kota pelabuhan terbesar kedua di Jerman.
Konsul Jenderal RI Hamburg, Sylvia Arifin, melihat bahwa akses jaringan logistik pelabuhan Bremen sudah sangat efisien untuk mencapai berbagai kota di Jerman dan daratan Eropa.
"Keberadaan House Indonesia sebagai salah satu pusat promosi terpadu, diharapakan dapat meningkatakan pemasaran produk eskpor unggulan Indonesia," kata Sylvia, merasa cukup optimistis, karena pada hari pertama pembukaan saja, sudah ada yang ingin memesan dekorasi cermin asal Semarang, juga scarf batik dengan jumlah besar.
Sepanjang tahun 2015, nilai perdagangan Indonesia- Jerman, meningkat sebesar 39 persen senilai 137,4 juta euro.
Kementerian Perdagangan RI yang diwakili oleh Kepala International Trade Promotion Centre (ITPC), Bambang Jaka Setiawan, mengatakan pemerintah Indonesia senantiasa mendorong berbagai upaya yang dilakukan stakeholders Indonesia dalam meningkatkan perdagangan, dalam hal ini Jerman-Indonesia.
"Proses mendapatkan perusahaan swasta atau pemda yang mau mendukung keberadaan House of indonesia ini tidaklah mudah," papar Bambang.
Dia menjelaskan, merujuk skema dukungan House of Indonesia di Nanning RRC, maka untuk Bremen, skema dukungan pendanaan dari Kemendag diubah menjadi sewa lahan dan promosi.
Menurutnya, dengan kombinasi opsi skema dukungan dari berbagai pihak, akhirnya berdirilah House of indonesia di Bremen.
(Miranti Hirschmann)
(asp)