3,1 Miliar Perangkat Terkoneksi, Telkom Siap Sambut IoT
- enterpriseCIOforum
VIVA.co.id – Teknologi digital di Indonesia kian pesat perkembangannya. Hal itu ditandai dengan mulai dibangunnya ketersedian akses internet di Tanah Air, baik melalui jaringan kabel serat optik maupun melalui jaringan seluler.
Tak ayal, perkembangan teknologi digital itu pun memunculkan berbagai perangkat yang mulai terkoneksi dengan internet atau dikenal dengan Internet of Things (IoT). Kesempatan itu juga coba dimanfaatkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) untuk merambah bisnis IoT.
Direktur Digital and Strategic Portfolio Telkom, Indra Utoyo, mengatakan penerapan IoT diprediksi akan menjadi tren di masa mendatang. Perkembangan IoT akan menjadi potensi bisnis bagi Telkom Group untuk menasbihkan diri sebagai digital company terbesar di Indonesia.
Keseriusan Telkom menggarap peluang bisnis IoT ini dengan menyinergikan beberapa anak perusahaan BUMN di bidang telekomunikasi. Di samping itu, Telkom juga terus memperkuat jaringan kabel serat optik untuk mendukung ketersediaan akses internet cepat di Tanah Air.
"Telkom Group ingin menggarap bisnis IoT melalui sinergi antara Telkomsel sebagai penyedia jaringan terluas dengan PT PINS Indonesia sebagai penyedia device, platform,dan manage service," ucap Indra melalui keterangannya, Rabu, 15 Juni 2016.
Diinformasikan, IoT ialah terhubungnya berbagai perangkat (hardware dan software) melalui internet. Perangkat yang terkoneksi tidak hanya komputer, laptop, ataupun smartphone, melainkan perangkat seperti kulkas, mesin cuci, AC, rumah, hingga kendaraan pun memungkinkan terhubung.
Indra menjelaskan perihal Telkom terjun ke bisnis IoT. Menurut data dari International Data Corporation (IDC), kalau potensi pasar IoT di Asia Tenggara cukup besar. Tahun 2015, jumlah perangkat yang terkoneksi ke internet di Asia Pasifik mencapai 3,1 miliar perangkat.
"Dan diproyeksikan akan bertambah menjadi 8,6 miliar perangkat di tahun 2020. Inilah mengapa Telkom ingin serius menggarap pasar IoT," sebut Indra.
Meski demikian, untuk saat ini, perkembangan IoT di Indonesia masih tahap awal. Maka dari itu, dikatakan Indra, untuk memperluas penggunaan IoT diperlukan edukasi. Dengan berbekal jarinan data terluas di Indonesia, Telkom Group pun menjalankan potensi bisnis IoT.
"Bukti keseriusan Telkom menggarap potensi bisnis IoT ini, antara lain adalah komitmen untuk menyediakan akses internet supercepat di seluruh Nusantara, baik dengan membangun jaringan kabel serat optik maupun jaringan seluler melalui anak usahanya, PT Telkomsel," tuturnya.
Selain itu, Telkom juga telah mempersiapkan Living Lab Smart City Nusantara. Ini dalam rangka mewujudkan percepatan implementasi teknologi informasi (Smart City) bagi pemerintah daerah di seluruh Indonesia demi menghadirkan pemerintahan yang cerdas, seperti Smart Government, Smart Education, Smart Healthcare, Smart Security, Smart Transportation, Smart Environment dan Smart Citizen.
Sedangkan melalui anak perusahaannya, Telkomsel, selain menyiapkan akses internet seluler supercepat di seluruh Tanah Air, juga akan menyinergikan produk IoT-nya. Salah satu produk Telkomsel yang akan disinergikan adalah T-Drive. Diketahui, T-Drive sebuah perangkat on board device (OBD) yang terpasang di kendaraan bermotor yang berfungsi sebagai indikator kecepatan, temperatur, dan tangki bahan bakar yang dapat dimonitor secara jarak jauh.
Sementara itu, PT PINS Indonesia, anak usaha Telkom yang bergerak di bidang premises integration services, yang akan fokus memanfaatkan peluang bisnis di era digital dengan mendistribusikan serta mengelola berbagai produk IoT dalam Telkom Group.
PINS Indonesia juga telah mempersiapkan diri untuk mengembangkan komponen IoT, seperti platform hardware dan software, gateway, sensor pendukung serta menyediakan end point service.
"Untuk mendukung PINS Indonesia, Telkom mengalokasikan total belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar 22-25 persen dari target pendapatan Telkom 2016," ungkapnya.