Harga Minyak Dorong Bursa Wall Street Melemah
- AP Photo/Richard Drew
VIVA.co.id – Indeks saham utama Amerika Serikat, ditutup lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa waktu New York, karena menurunnya harga minyak mentah.
Seperti dikutip dari laman CNBC, Rabu 15 Juni 2016, penurunan indeks juga disebabkan karena kekhawatiran hasil jajak pendapat Inggris dan pertemuan Federal Reserve.
Saham sektor finansial turun 1,45 persen yang langsung membebani indeks S & P 500.
Harga minyak Amerika Serikat di pasar berjangka turun 39 sen, atau 0,8 persen ke level US$48,49 per barel.
"Semua orang menunggu bagaimana hasil jajak pendapat di Inggris pada 23 Juni 2016 nanti, apakah Inggris akan meninggalkan Uni Eropa, atau tetap akan bertahan," kata Heremy Klein, kepala Strategi Pasar FBN Securities.
Sementara itu, Federal Open Market Committee mengadakan pertemuan selama dua hari. Gubernur Federal Reserve, Janet Yellen, dijadwalkan akan memberikan konferensi pers pada Rabu sore waktu setempat.
Bank Sentral AS tersebut juga direncanakan akan merilis pernyataan dan ringkasan proyeksi ekonomi AS. Sejumlah analis berharap, Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunganya.
Pada data ekonomi dirilis penjualan ritel pada Mei diperkirakan naik 0,5 persen. Survei National Federation of Independent Business menyimpulkan indeks optimisme bisnis AS pada Mei naik 0,2 poin ke angka 93,8.
The CBOE Volatilitas Index (VIX), yang secara luas dianggap sebagai ukuran terbaik dari kecemasan di pasar diperdagangkan turun mendekati posisi 20,5.
Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir turun 57,66 poin (0,33 persen) ke level 17.674,82, dengan saham American Express yang memimpin pelemahan saham.
Sementara itu, indeks S&P 500 turun 3,74 poin (0,1 persen) ke level 2.075,32, dipimpin oleh saham sektor keuangan.Â
Adapun indeks Nasdaq melemah 4,89 poin (0,1 persen) ke level 4.843,55.
Volume saham yang diperdagangkan di Bursa Efek New York, hampir mencapai 891 juta unit saham, dengan volume komposit mendekati 3,7 miliar unit saham.
Sementara itu, imbal hasil (yield) treasury 10 tahun yang digunakan untuk menentukan suku bunga KPR dan kredit konsumsi naik menjadi 1,62 persen.
Imbal hasil treasury 10 tahun saat ini terus pulih. Peter Boockvar, kepala Analis Pasar The Lindsey Group mengatakan, penurunan imbal hasil sebelumnya ke wilayah negatif disebabkan karena adanya spekulasi. (asp)