Harga BBM Indonesia Diklaim Lebih Murah dari Tetangga
- Arie Dwi Budiawati/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Banyak orang mengeluhkan dan menilai harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Premium di Indonesia mencapai Rp6.450 per liter, sangatlah mahal, bila dibandingkan dengan harga sejenis BBM Pertamax di Malaysia yang hanya seharga Rp 5.143 per liternya.
Namun, tidak menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja. Dia mengatakan bahwa harga BBM Malaysia dan Indonesia tidak dapat dibandingkan secara langsung karena setiap negara memiliki perbedaan perhitungan dalam menentukan harga.
"Sebenarnya pada saat ini harga BBM kita lebih murah dibandingkan Malaysia atau harga BBM di beberapa negara tetangga lainnya," jelas Nyoman kepada VIVA.co.id saat ditemui di kantor Kementerian ESDM Jakarta, pada Selasa, 14 Juni 2016.
Dia mengungkapkan, untuk menentukan harga BBM di Indonesia, pihaknya mengambil garis rata-rata harga minyak di dunia per tiga bulan. Berbeda dengan Malaysia, contohnya, yang mengikuti perubahan harga minyak dunia per minggunya.
"Karena kita punya kebijakan tidak harga harian atau mingguan, tapi evaluasi per tiga bulan. Jadi, kita buat average selama tiga bulan. Dijual dengan harga rata-rata tiga bulan itu," ungkapnya
Selama tiga bulan itu harga bisa naik dan turun. Harga per hari atau minggu bisa berada di bawah garis rata-rata per tiga bulan. Pada saat inilah maka harga BBM Indonesia akan terlihat lebih tinggi dibanding harga di negara lain.
Sebaliknya, bila harga per hari atau minggunya berada di atas garis rata-rata per tiga bulan, maka, harga BBM di Indonesia lebih murah dibanding harga BBM di negara lain. Saat ini, lanjut dia, yang terjadi adalah garis rata-rata harga minyak dunia per tiga bulan sedang berada di bawah harga per harian atau mingguan.
"Kita sudah melakukan studi 2015. Setiap bulan kita naik-turunkan ribut sekali kan. Secara politik timbul banyak komentar, secara ekonomi terutama, saat harga turun senang, tapi harga barang tidak turun. Rata-rata barang naik duluan. Pada saat harga turun, harga barang tetap di atas terus. Sehingga, inflasi naik," ungkapnya.
Perhitungan angka, dikatakannya, diperoleh berdasarkan indeks perolehan yang menggunakan referensi dari Mean of Plats Singapore (MOPS). Lalu, ada biaya distribusi dan biaya perpajakan.