Ruang Penurunan BI Rate ke 6,5% Masih Ada, Asal...
- REUTERS/Darren Whiteside/Files
VIVA.co.id – Ruang penurunan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 6,5 persen dari 6,75% pada 2016, masih terbuka lebar. Ruang tersebut bisa terjadi, apabila kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, tidak timbulkan tekanan besar pada mata uang dunia dan kepercayaan terhadap rupiah tetap terjaga.
Staf Ahli Menteri Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas, Bambang Prijambodo mengatakan, dengan suku bunga riil di Indonesia yang perlu dijaga di kisaran 1,0-2,0 persen dan ekpektasi inflasi sepanjang 2016 sebesar lima persen, maka BI rate mempunyai ruang diturunkan 100 bps.
Menurut dia, selain menurunkan suku bunga acuan, penurunan suku bunga kredit juga perlu didorong dengan peningkatan efisiensi perbankan, termasuk bank persero. Saat ini, meski suku bunga kredit bank persero lebih rendah dari bank daerah dan swasta nasional, namun masih lebih tinggi dari bank asing dan bank campuran.
Bank persero di Indonesia saat ini, hanya unggul pada sisi kredit konsumsi, sedangkan speard bank persero juga lebih tinggi dibandingkan dengan bank swasta nasional, serta bank asing dan campuran.
"Peningkatan efisiensi bank persero akan menurunkan spread, atau NIM (Net Interest Margin) yang pada gilirannya akan lebih mendorong penyaluran kredit bank persero kepada masyarakat," jelas Bambang kepada VIVA.co.id, Senin 13 Juni 2016.
Perlu diketahui, pada November 2015, penyaluran kredit bank persero meningkat 13,1 persen (y-o-y), dan tertinggi dibandingkan bank lainnya. Secara keseluruhan, suku bunga kredit 2016, mempunyai ruang diturunkan hingga 10 persen yang berasal dari penurunan BI rate dan peningkatan efisiensi bank persero sekitar 70 bps (5,2 persen - 4,5 persen).
"Dalam jangka panjang, upaya untuk mewujudkan suku bunga rendah perlu didahului dengan pencapaian tingkat inflasi yang rendah dan persistent (secara terus menerus)," ujarnya. (asp)