Pedagang Daging Pasar Tolak Pengadaan Pasar Murah
VIVA.co.id – Pemerintah menggelar operasi pasar murah di 20 pasar tradisional di Jakarta, mulai 4 Juni 2016 hingga 17 Juli 2016, untuk membantu masyarakat marginal. Di sisi lain, pedagang merasa dirugikan dengan adanya pasar murah.
Pelaksanaan pasar murah di pasar Pondok Labu mendapat protes dari pedagang daging, karena harga jual lebih murah dari pada harga pasaran.
"Rencananya, kalau terus-terusan begitu, kita mau protes, karena menjatuhkan harga pasar sini. Kalau enggak berubah, ya sekalian diusir. Ini perlu menyamakan pendapat dulu, baru nanti diomongin ke kepala pasar," kata Sarkowi, salah satu pedagang daging di pasar tradisional Pondok Labu, Jakarta Selatan kepada VIVA.co.id pada Selasa 7 Juni 2016, pelaksanaan hari ketiga pasar murah.
Menurut mereka, dengan diadakannya pasar murah, menjatuhkan pedagang asli yang sudah berjualan lama di pasar tersebut. Pedagang merasa sedang bersaing dengan pemerintah sendiri. Mereka menyesalkan, karena pemerintah lebih mempromosikan bahan impor dari pada bahan lokal.
"Pemerintah niatnya bantu masyarakat, tetapi di lain pihak, pemerintah menghancurkan pedagang. Yang ada malah, pemerintah yang jualan. Namanya, kita bersaing dengan pemerintah," kata Dedi, pedagang daging sapi.
Diadakannya pasar murah, menurut sebagian pedagang memberikan pengaruh terhadap jumlah penjualan. Para pedagang mengkhawatirkan pembeli yang merasa bahwa harga di pasar dinaikkan seenaknya.
Padahal, diutarakannya, harga jual dari pemasok juga sudah mahal. Pasar murah juga mengakibatkan menurunnya minat pembeli ke pedagang pasar.
Dedi mengatakan, jika pemerintah ingin menurunkan harga pangan, seharusnya pemerintah usut dari akar bagaimana harga pangan menjadi mahal. Bukannya, mengusik para pedagang dengan pasar murah.
"Pemerintah harus telusuri dari asalnya kenapa mahal. Jangan sampai membela rakyat, tetapi membunuh rakyat juga," ungkap Dedi. (asp)