Genjot Pertumbuhan Ekonomi, Enam Industri Ini Jadi Andalan
- U-Report
VIVA.co.id – Kinerja sektor industri pada sisa tiga kuartal ke depan diharapkan bisa terakselerasi secara maksimal. Sebab, ada beberapa komponen industri yang memang selama ini menjadi andalan. Jika komponen tersebut melambat, tentu akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, setidaknya ada enam industri yang selama ini menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi nasional. Mulai dari industri pertanian, pertambangan, pengolahan, perdagangan, transportasi, penyediaan akomodasi, dan informasi komunikasi.
Bambang mencontohkan, kinerja sektor pertanian dan pertambangan pada tiga bulan pertama 2016 pada akhirnya memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama. Pada kuartal pertama, sektor pertanian hanya mampu berkontribusi sebesar 1,9 persen, anjlok dari realisasi pada kuartal pertama-2015 sebesar empat persen.
“(Penurunan ini karena) fenomena El Nino yang berdampak pada pergeseran musim tanam (ke kuartal II) dan mundurnya musim panen,” kata Bambang dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Jakarta, Senin, 6 Juni 2016.
Sementara dari sektor tambang, capaian pada tiga bulan pertama di tahun ini masih menunjukan pertumbuhan yang negatif sebesar minus tujuh persen akibat dari pelemahan harga batu bara yang mendorong penurunan produksi.
Meskipun empat industri lainnya menunjukkan tren positif, namun hanya dua industri yang mampu berkontribusi lebih besar dibandingkan realiasi tahun sebelumnya. Pertama, industri pengolahan sebesar 4,6 persen atau lebih tinggi dari realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar empat persen
“Kemudian ada transportasi dan pergudangan naik menjadi 7,7 persen pada kuartal pertama, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5,8 persen.”
Bambang berharap, kinerja industri yang selama ini menjadi penopang laju pertumbuhan bisa membaik di sisa tiga kuartal terakhir, Sehingga, target pertumbuhan yang dipatok oleh pemerintah bisa terakselerasi secara optimal.
(mus)
Realisasi Penerimaan Negara Masih Rendah
Penerimaan pajak masih rendah, karena perlambatan ekonomi.
