Dubes Iran Temui Ketua DPR Bahas Kerjasama Dua Negara
VIVA.co.id – Ketua DPR RI Ade Komarudin menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Republik Islam Iran, Valiollah Mohammadi. Dalam pertemuan ini membahas tentang rencana kerjasama Indonesia-Iran dalam bidang perdagangan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan.
Akom, sapaan akrab Ketua DPR, menjelaskan, dua negara Indonesia-Iran memiliki satu kesamaan yakni sama-sama Republik yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Meskipun ada perbedaan mazhab tapi menurutnya, perbedaan ini tidak bisa menjadi halangan untuk saling mempererat dan memperkuat hubungan dan eksistensi masing-masing negara. "Dengan itu kita bisa merekatkan hubungan antara kedua negara," ungkap Akom di Gedung DPR, Nusantara III, Kamis 2 Juni 2016.
Dalam pertemuan dengan Dubes Iran, hadir mendampingi Ketua DPR, Ketua BKSAP Nurhayati Ali Assegaf, dan Anggota Dewan dari Komisi VI DPR, Mustofa Assegaf. Akom dan Dubes Iran sama-sama bersepakat bahwa parlemen memiliki peran penting dalam menjalin diplomasi antara kedua belah pihak.
Dubes Iran mengungkapkan meskipun mayoritas warga negara Iran bermazhab Islam Syiah namun di negaranya juga membebaskan penduduk untuk memilih keyakinan. Bahkan dia menceritakan, saat ini Iran baru saja menyelenggarakan pemilu secara demokratis, justru yang terpilih menjadi Ketua Dewan bermazhab Islam Sunni.
"Ini merupakan pertama kali dalam sejarah, yang bermazhab Sunni terpilih menjadi Ketua Dewan di Republik Islam Iran, ini penting untuk pengikut mazhab lain," ujar Valiollah menginformasikan kepada Akom.
Dubes Iran menawarkan hubungan kerjasama kepada Indonesia dalam sektor perdagangan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan. "Kami berharap ada perluasan hubungan antara dua negara melalui palemen. Tentu saja kami sangat melihat penting parlemen kedua negara. Kami ingin ada dorongan potensi ekonomi perdagangan, ilmu, dan kebudayaan," kata Valiollah.
Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, juga menyambut baik tawaran tersebut. Karena salama ini hubungan ekonomi Indonesia-Iran masih kecil. Selain itu dia juga membuka opsi kemungkinan ada pertukaran pelajar antara kedua negara.
"Memang harus ditingkatkan terutama masalah ekonomi perdagangan yang masih sangat kecil. begitu pun kerjasama di bidang teknologi dan energi yang masih kecil. Untuk itu mari kita berniat kerjasama, bahkan pertukaran pelajar," ujar Agus. (www.dpr.go.id)