Sepanjang Tahun Ini, Rupiah Terapresiasi 0,92%
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Bank Indonesia mencatat bahwa pergerakan nilai tukar rupiah sejak awal Januari sampai dengan 1 Juni 2016, mengalami penguatan sebesar 0,92 persen. Sampai dengan kemarin, mata uang Garuda berada di posisi Rp13.660 per dolar Amerika Serikat, menguat dari kurs Januari yang mencapai Rp13.900.
Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan, perkasanya rupiah terhadap mata uang Paman Sam dipicu dari persepsi positif kalangan investor terhadap perekonomian dalam negeri, serta melonjaknya pasokan valuta asing berorientasi ekspor yang masuk ke pasar valas.
“Rupiah relatif stabil dan terapresiasi 0,92 persen year to date. Per 1 Juni 2016, rupiah berada di posisi Rp13.660,” kata Perry, saat ditemui di gedung parlemen Jakarta, Kamis 2 Juni 2016.
Perry menuturkan, kondisi defisit transaksi berjalan (CAD) selama tiga bulan pertama di tahun ini pun cenderung menurun, karena adanya surplus dari neraca perdagangan. Posisi CAD pada kuartal I-2016 tercatat sebesar 2,1 persen, atau lebih rendah dibandingkan posisi pada kuartal IV-2015 lalu sebesar 2,4 persen.
“Ini ditopang oleh surplus neraca dagang non migas, transaksi modal dan finansial kuartal I-2016, juga surplus karena ada aliran masuk portofolio FDI (investasi langsung asing),” ungkapnya.
Meski begitu, rencana bank sentral AS untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini dianggap akan memengaruhi laju nilai tukar ke depan. Namun, bank sentral meyakini bahwa rupiah akan tetap berada pada level fundamentalnya.
“Sentimen The Fed akan pengaruhi stabilitas pasar global, sehingga berdampak pada rupiah. Kami perkirakan rata-rata rupiah di kisaran Rp13.500-Rp13.800 per dolar AS,” ujar Perry.
Sebagai informasi, pemerintah sendiri telah mengubah asumsi makro untuk nilai tukar rupiah dalam anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P) berada di rentang Rp13.500-Rp13.800, menguat dibandingkan asumsi makro pada APBN yang dipatok sebesar Rp13.900. (asp)