Urbanisasi RI Hanya Sokong PDB Sebesar Dua Persen

Ilustrasi urbanisasi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Bank Indonesia menilai perlu adanya stimulus dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satunya adalah mengembangkan konsep smart city, atau peran kota sebagai penggerak ekonomi regional, dengan cara meningkatkan kualias sumber daya manusia di kota-kota tersebut.

Menyambut Hari Tata Ruang Nasional : Pentingnya Perencanaan Tata Ruang untuk Masa Depan Indonesia

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Arief Hartawan mengatakan, jumlah penduduk Indonesia yang melakukan urbanisasi jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan urbanisasi dunia. Akan tetapi, petumbuhan penduduk Indonesia justru berbanding terbalik dengan tingkat urbanisasi yang terjadi.

“Penduduk Indonesia yang melakukan urbanisasi itu 3,51 persen. Sementara di dunia itu hanya 2,4 persen. Pada 2035 nanti, jumlah penduduk di perkotaan Indonesia bisa melebihi dunia,” kata Arief saat ditemui di kantor BI Jakarta, Rabu 1 Juni 2016.

Mendagri Dorong Penguatan Desa sebagai Sentra Ekonomi Baru

Arief mengungkapkan, dampak urbanisasi berpengaruh pada produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia sebesar dua persen. Namun, porsi tersebut masih kalah jauh dengan negara-negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, India, Tiongkok, bahkan Filipina.

Pertumbuhan urbanisasi di Thailand, mampu berkontribusi terhadap PDB negara tersebut sebesar sepuluh persen, kemudian untuk Vietnam sebesar delapan persen, serta Tiongkok dan India sebesar enam persen. Artnya, kontribusi yang diberikan dari laju urbanisasi nasional sangat berbanding terbalik.

Hadiri Konferensi Internasional, Emil Dardak Paparkan Regenerasi Perkotaan dan Urbanisasi

“Ternyata, kita justru tidak lebih baik dari pada Filipina. Mereka itu dua persen,” jelas Arief.

Pulau Jawa terbebani

Arief mengungkapkan, selama ini pulau Jawa masih menjadi sentra strategis dalam menopang laju perekonomian nasional. Namun, menurut dia, sebagai negara kepulauan, masih ada pulau-pulau lain yang mampu berkontribusi sebagai motor penggerak perekonomian nasional.

Dengan begitu, maka penopang laju perekonomian ke depan nantinya bisa berkontribusi secara merata di seluruh daerah. Apalagi, ada beberapa kepulauan strategis yang masih berpotensi untuk bisa terus berkembang ke depannya.

“Proyeksi BPS (Badan Pusat Statistik) itu 2020-2030 ada potensi yang bisa digali dari luar pulau Jawa. Misalnya Sulawesi, Kalimantan Barat, yang masih tingkat ketergantungannya rendah,” katanya.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya