Serba Kekurangan, Tirta Sukses Buka Jasa Pembersih Sepatu

Tirta Air Mandira Hudhi (kemeja biru), dokter yang buka bisnis pembersih sepatu.
Sumber :
  • Daru Waskita / VIVA.co.id

VIVA.co.id – Nama Tirta Air Mandira Hudhi (25), kini menjadi buah bibir masyarakat Yogya, setelah perjalanan hidupnya serba kekurangan, akhirnya berhasil lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM). Hebatnya, kini Tirta juga memiliki usaha cuci sepatu sebanyak 19 gerai di sejumlah kota di Indonesia, bahkan memiliki gerai di Singapura. 

Jogja Music Week 2021, Siap Perdengarkan Musik Segar

Kesuksesan pria kelahiran Surakarta 30 Juli 1991 ini tak lepas dari semangat untuk hidup mandiri dan tidak membebani orangtua yang tidaklah kaya untuk menyekolahkan anaknya ke Fakultas Kedokteran UGM.

Perjalanan hidup yang sangat "heroik" ini, kemudian ditangkap oleh salah satu radio swasta di Yogya, dan selanjutnya diangkat dalam sebuah talkshow. Dari talkshow tersebut, akhirnya banyak media sosial yang mengunggah perjalanan hidup Tirta.

Study Tur ke Jogja, Puluhan Guru MAN 22 Palmerah Positif COVID-19

Saat ditemui di salah satu gerai Shoes And Care jalan Cendrawasih, Demangan, Caturtunggal, Depok Sleman, Tirta menceritakan perjalanan hidupnya dari awal masuk Fakultas Kedokteran UGM hingga memiliki 19 gerai Shoes And Care.

"Dari kecil, saya memang bercita-cita ingin menjadi dokter. Setelah lulus SMA, mendaftar di Fakultas UGM dan akhirnya diterima pada tahun 2009," kata dia, Rabu 1 Juni 2016.

Kawasan Nol Kilometer dari Masa ke Masa

Di tahun itu, kata Tirta, biaya kuliah memang tidak terlalu mahal dibandingkan saat ini dan orangtua untuk membiayai semesteran dan biaya hidup sehari hari masih mampu. Namun, untuk membeli kebutuhan buku-buku medis harga terbilang cukup mahal dan tidak mungkin menggantungkan uang dari orangtua. 

"Yang paling mahal kala itu adalah electronic book yang harga sangat mahal dan tidak mungkin menggantungkan uang dari orangtua," ujarnya. 

Tirta pun memutar otak untuk mencari uang tambahan, yaitu membuat usaha mulai dari Informasi dan Teknologi (IT) sampai dengan fashion. Semuanya dipasarkan dengan basic online. Namun, seakan belum jalanya, usaha yang dirintisnya itu bangkrut.

"Saya membuka usaha itu pada tahun 2010. Selain itu, saya juga buka usaha jual beli sepatu namun usaha gagal," ujarnya.

Modal yang cukup besar untuk membuka usaha, namun membuat Tirta jatuh bangkrut hingga tak memiliki modal sama sekali. Untuk makan sehari-hari, Tirta terpaksa makan roti yang telah basi karena tidak punya uang.

"Hampir satu minggu saya makan roti yang tak layak dimakan. Saya kemudian introspeksi diri apa yang salah dalam usahanya hingga bangkrut," katanya.

Dalam kondisi yang serba kekurangan tersebut, sebuah ide muncul. Tirta masih ingat memiliki banyak sepatu bekas. Sepatu itu dikumpulkan dan dibersihkan. Setelah bersih, sepatu bekas dia jual.

"Lumayan uang yang didapat bisa untuk makan sehari-hari. Namun, waktu itu belum terpikir membuka usaha membersihkan sepatu," ujarnya.

Selanjutnya, mulai buka usaha...

Pangan Fest

Festival Ini Dorong Keragaman Pangan Lokal Indonesia di Era Digital

Festival bernama PanganFest akan mengkolaborasi potensi pangan lokal, pengetahuan sekaligus teknologi digital.

img_title
VIVA.co.id
22 Februari 2021