Serba Kekurangan, Tirta Sukses Buka Jasa Pembersih Sepatu

Tirta Air Mandira Hudhi (kemeja biru), dokter yang buka bisnis pembersih sepatu.
Sumber :
  • Daru Waskita / VIVA.co.id

VIVA.co.id – Nama Tirta Air Mandira Hudhi (25), kini menjadi buah bibir masyarakat Yogya, setelah perjalanan hidupnya serba kekurangan, akhirnya berhasil lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM). Hebatnya, kini Tirta juga memiliki usaha cuci sepatu sebanyak 19 gerai di sejumlah kota di Indonesia, bahkan memiliki gerai di Singapura. 

Kesuksesan pria kelahiran Surakarta 30 Juli 1991 ini tak lepas dari semangat untuk hidup mandiri dan tidak membebani orangtua yang tidaklah kaya untuk menyekolahkan anaknya ke Fakultas Kedokteran UGM.

Perjalanan hidup yang sangat "heroik" ini, kemudian ditangkap oleh salah satu radio swasta di Yogya, dan selanjutnya diangkat dalam sebuah talkshow. Dari talkshow tersebut, akhirnya banyak media sosial yang mengunggah perjalanan hidup Tirta.

Saat ditemui di salah satu gerai Shoes And Care jalan Cendrawasih, Demangan, Caturtunggal, Depok Sleman, Tirta menceritakan perjalanan hidupnya dari awal masuk Fakultas Kedokteran UGM hingga memiliki 19 gerai Shoes And Care.

"Dari kecil, saya memang bercita-cita ingin menjadi dokter. Setelah lulus SMA, mendaftar di Fakultas UGM dan akhirnya diterima pada tahun 2009," kata dia, Rabu 1 Juni 2016.

Di tahun itu, kata Tirta, biaya kuliah memang tidak terlalu mahal dibandingkan saat ini dan orangtua untuk membiayai semesteran dan biaya hidup sehari hari masih mampu. Namun, untuk membeli kebutuhan buku-buku medis harga terbilang cukup mahal dan tidak mungkin menggantungkan uang dari orangtua. 

"Yang paling mahal kala itu adalah electronic book yang harga sangat mahal dan tidak mungkin menggantungkan uang dari orangtua," ujarnya. 

Tirta pun memutar otak untuk mencari uang tambahan, yaitu membuat usaha mulai dari Informasi dan Teknologi (IT) sampai dengan fashion. Semuanya dipasarkan dengan basic online. Namun, seakan belum jalanya, usaha yang dirintisnya itu bangkrut.

Sepi Order, Rental Mobil Sulap Toyota HiAce Jadi Warung Angkringan

"Saya membuka usaha itu pada tahun 2010. Selain itu, saya juga buka usaha jual beli sepatu namun usaha gagal," ujarnya.

Modal yang cukup besar untuk membuka usaha, namun membuat Tirta jatuh bangkrut hingga tak memiliki modal sama sekali. Untuk makan sehari-hari, Tirta terpaksa makan roti yang telah basi karena tidak punya uang.

Marak Pesepeda Saat Pandemi, Pemda DIY Akan Buat Aturan Khusus

"Hampir satu minggu saya makan roti yang tak layak dimakan. Saya kemudian introspeksi diri apa yang salah dalam usahanya hingga bangkrut," katanya.

Dalam kondisi yang serba kekurangan tersebut, sebuah ide muncul. Tirta masih ingat memiliki banyak sepatu bekas. Sepatu itu dikumpulkan dan dibersihkan. Setelah bersih, sepatu bekas dia jual.

Tak Ada Habisnya, Ini 30 Destinasi Wisata Jogjakarta yang Bikin Rindu

"Lumayan uang yang didapat bisa untuk makan sehari-hari. Namun, waktu itu belum terpikir membuka usaha membersihkan sepatu," ujarnya.

Selanjutnya, mulai buka usaha...

Mulai buka usaha

Pada tahun 2013, saat menjadi dokter muda (Koas) di Cilacap Jawa Tengah, Tirta membeli cairan pembersih sepatu. Di waktu senggang, di sela-sela Koas, waktunya dihabiskan membersihkan sepatu di rumah dinas.

Kegiatan membersihkan sepatu itu dilihat beberapa teman sesama penghuni rumah dinas dan akhirnya minta dibersihkan. Dari banyaknya permintaan membersihkan sepatu itu muncul ide kecil-kecilan membuka usaha membersihkan sepatu.

"Modal saya saat itu Rp400 ribu untuk beli pembersih. Pada tanggal 12 Oktober 2013 itu saya membuka jasa cuci sepatu, namanya Shoes And Care," kata dia.

Agar usahanya dikenal masyarakat, Tirta mengaku membuka promosi melalui satu web jual beli online. Dan, untuk lebih memuaskan konsumen, maka digunakan sistem jemput bola, sehingga calon konsumen tidak repot. Dalam awal membuka usahanya itu, dalam satu bulan mampu mendapatkan pesanan 20 hingga 30 sepatu untuk dibersihkan.

"Saya masih gunakan sepeda motor roda dua untuk antarjemput sepatu yang akan dibersihkan maupun yang sudah selesai dibersihkan. Istilah sekarang COD. Saat itu, dalam sebulan dapat penghasilan sekitar Rp1 juta hingga Rp2 juta," kata Tirta.

Uang itu memang masih pas-pasan untuk membiayai kebutuhan hidup selama menjalani koas di Cilacap. "Kan, saat koas belum mendapatkan gaji," tuturnya. 

Saat kembali ke Yogya, lanjutnya, tepatnya pada Februari 2014, Gunung Kelud meletus. Abu letusan Gunung Kelud, bahkan sampai di Yogya.

Rumah, motor sampai dengan sepatu saat itu dipenuhi abu Gunung Kelud. Momen ini diakuinya mengubah segalanya, karena ia kebanjiran order membersihkan sepatu. "Saya pindah koas di Sardjito, saat pulang jaga lihat sepatu sudah kena debu. Saya bersihkan dan ternyata banyak teman-teman indekos lagi-lagi nitip," kata Tirto.

Dari teman indekkos, akhirnya informasi mengenai jasa cuci sepatu Shoes And Care berkembang secara viral. Agar lebih banyak orang yang tahu, Tirta pun mempromosikan jasanya lewat media sosial. Ada empat media sosial yang ia gunakan saat itu, mulai dari Instagram, Twitter, Facebook, dan web.

"Melalui empat medsos tersebut usahanya berkembang pesat, karena respons dari konsumen cukup tinggi. Kala itu, mengerjakan membersihkan membersihkan sepatu itu di emperan kos-kosanya di daerah Pogung, Jalan Kaliurang kilometer 5," ujarnya.

Karena banyaknya klien, sampai-samlai emperan kos-kosanya di daerah Pogung Mlati Sleman sampai penuh dengan sepatu. Ia pun terpaksa harus menitipkan beberapa sepatu di warung depan kosnya.

"Saya sampai mau di usir sama yang punya kos, karena banyak sepatu di emperan. Ya, akhirnya saya titipkan di warung depan kos," ujarnya. 

Dari awalnya hanya mendapat Rp1 juta sampai Rp2 juta perbulan, penghasilan Tirta dari jasa Cuci sepatu bisa melonjak drastis. Ia dapat meraup keuntungan perbulan sampai Rp10 juta per bulan.

Belajar dari kegagalan usahanya di awal, uang hasil cuci sepatu itu ia tabung untuk membuka gerai Shoes And Care. Alhasil, gerai pertama Shoes And Care berhasil dibuka di jalan Langenastran Lor No 16 Kota, Yogya.

Selanjutnya, penghargaan dari Google...

Penghargaan dari Google

Berkat keuletan dan kegigihanya, perlahan-lahan putra pasangan Sutarjo dan Yohana Slamet ini berhasil mengembangkan usahanya. Kini, ia memiliki 19 gerai, baik toko maupun agen. Gerai tersebut tersebar di berbagai kota, di antaranya di Yogya (lima), Solo (tiga), Semarang (satu), Jakarta Selatan (tiga), Tangerang (satu),  Bandung  (satu), Medan (dua),  Palembang  (satu),  Depok (satu), dan Singapura (satu).

"Sekarang ada 80 orang yang bekerja di Shoes And Care. Ada tim kreatifnya juga yang terus mengembangkan usaha ini," katanya.  

Selain itu,  usaha jasanya juga mendapat penghargaan dari Google. Shoes And Care mendapat penghargaan, karena menjadi usaha yang paling banyak di cari di Google.

"Kita mendapat penghargaan, karena paling banyak di cari di Google . Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, karena usaha ini berawal dari emperan indekos," ujarnya.

Meski telah dapat dikatakan sukses membuka usaha jasa cuci sepatu, namun Tirta tetap ingin menjadi seorang dokter. Sebab, menjadi dokter adalah cita-citanya sejak kecil.

"Setelah menjadi sumpah dokter, saya ingin melanjutkan ke dokter spesialis," kata pria yang hingga kini masih jomblo tersebut. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya