Sedang Panen, Pemerintah Diminta Tak Impor Bawang Merah

Pedagang menata bawang merah di kiosnya.
Sumber :
  • ANTARA/Oky Lukmansyah

VIVA.co.id – Dewan Perwakilan Daerah (DPD) meminta, pemerintah tidak melakukan impor bawang merah karena akan menyebabkan petani lokal merugi. Dalam upaya menstabilkan harga bawang merah saat Ramadan, pemerintah diharapkan menyerap bawang merah milik petani lokal yang saat ini sedang masuk masa panen. 

Bursa Asia Kokoh Terkerek Penguatan Wall Street, Investor Pantau Laporan Perdagangan China dan India

"Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan secara seksama dan matang untuk melakukan Impor bawang merah. Kebijakan tersebut berpotensi merusak tata niaga dan produksi bawang merah nasional," ujar Wakil Ketua DPD RI, Farouk Muhammad dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id, Selasa, 31 Mei 2016.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang merupakan salah satu pusat produksi bawang merah nasional, luas panen bawang merah bulan Mei dan Juni diperkirakan mencapai 963 Hektare (Ha). Sementara bulan Juli meningkat seluas 2.230 ha dengan harga yang berlaku Rp18-23 ribu per kg. 

Bursa Asia Loyo Sejalan Penurunan Indeks Saham Utama di Wall Street

Farouk mendesak, pemerintah lebih baik menyerap produksi bawang merah nasional, dibandingkan melakukan impor. Selain akan menggairahkan produksi petani, juga akan menstabilkan harga bawang di pasaran. 

Selama ini, kenaikan harga bawang lebih banyak dinikmati oleh pedagang atau distributor dibandingkan petani. Rentang distribusi yang panjang dan minimnya pasokan, seringkali dijadikan alasan sebagian pihak untuk mendorong pemerintah mengambil kebijakan impor. 

Ekspor RI Juli 2024 Naik 6,55% ke US$22,21 Miliar, Ditopang Sektor Non Migas

"Berdasakan data dari Kementan dan dinas terkait di daerah, pada umumnya produksi bawang merah nasional dapat mencukupi kebutuhan konsumen sepanjang bulan suci Ramadan,"ujarnya menambahkan.

Farouk yang juga Ketua Majelis Percepatan Pembangunan Daerah Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) meminta, pemerintah segera menyerap bawang merah lokal dari sentra-sentra produksi nasional. Dia menambahkan, perlu upaya serius menekan biaya distribusi komoditas strategis nasional seperti bawang merah dengan perbaikan sistem logistik, perbaikan infrastruktur dan tata niaga yang lebih berimbang. 

"Manajemen stok bawang merah harus terintegrasi secara baik dari mulai proses produksi hingga pascapanen antarkementerian dan lembaga. Agar monitoring dan stabilitas bawang merah nasional dapat terjaga."

Sebagai informasi, pemerintah berencana mengimpor 2.500 ton bawang merah, untuk bisa menekan harga saat Bulan Ramadan dan Idul Fitri. Untuk diketahui, saat ini harga bawang merah mencapai Rp40 ribu kg, dan ditargetkan turun jadi Rp 25 ribu kg. Untuk menurunkan harga bawang merah, pemerintah menugaskan tiga BUMN melakukan impor.

(mus)

Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024