Kisah Dua Wanita Muslim Jadi Target 'Islamophobia' di AS
- Twitter @itsdatnunu
VIVA.co.id – Sebagai wanita Muslim yang mengenakan hijab di Amerika, Nura Takkish mengatakan bahwa ia tak akan heran jika menjadi target Islamophobia atau ketakutan terhadap segala sesuatu tentang Islam. Namun, ia cukup kaget ketika seseorang menghardiknya di sebuah kafe belum lama ini.
Kala itu, wanita berusia 22 tahun tersebut tengah duduk bersama dua orang temannya di kedai es krim Andrew's Ice Cream and Dessert di Orange County, California. Ketika sedang asyik menikmati es krim, Takkish menyadari ada sebuah keributan di meja kasir.
"Kami meminta seorang pengunjung untuk pergi karena mengatakan hal-hal rasis dan kasar," ujar juru masak kafe, Jessie Noah, dikutip dari Huffington Post.
Teman Takkish, Malaak Ammari pun langsung merekam insiden tersebut menggunakan ponselnya.
Dalam video berdurasi 20 detik yang kemudian diunggah Takkish ke akun Twitter pribadinya, terdengar sang juru masak, Noah berbicara kepada sang pengunjung pria yang membuat keributan.
"Anda bisa pergi dari sini," katanya sambil mengembalikan uang senilai US$3 atau sekitar Rp40 ribu yang sebelumnya dibayarkan pria tadi untuk membeli es krim.
"Jika Anda tak bisa berperilaku baik, kami tidak menginginkan Anda," ujar Cindy Ramsay, istri pemilik kafe yang kebetulan ada di sana.
Sambil berjalan menuju pintu keluar, pria tersebut mengarahkan telunjuknya ke arah Takkish dan Ammari, dua wanita berhijab yang ada di dalam kafe.
"Saya tidak mau mereka berada di dekat negara saya," ujar sang pria.
"Sayang sekali. Kami ada di sini," ujar Ammari, masih sambil merekam video lewat ponselnya.
"Lihat saja nanti," ancam si pria.
Takkish mengatakan bahwa ia mengunggah video tersebut ke Twitter untuk menunjukkan betapa umumnya perilaku anti Muslim di Amerika.
Sebuah laporan yang dirilis awal bulan Mei 2016 oleh Bridge Initiative di Georgetown University menyatakan bahwa terjadi lebih banyak aksi kekerasan dan perusakan yang dilakukan kaum anti Muslim di tahun 2015 dibandingkan tahun-tahun lainnya sejak tragedi 11 September 2001.
Setelah terjadi serangan terorisme di Paris dan San Bernandino akhir tahun lalu, kandidat Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump menyerukan larangan bagi seluruh umat Muslim untuk masuk ke AS. Sejak itu pun kebencian terhadap umat Muslim di AS berlipat ganda.
Bahkan begitu banyak media AS yang telah mendokumentasikan tindakan pelecehan, kekerasan dan diskriminasi yang dihadapi umat Islam di AS hampir setiap hari dalam beberapa bulan terakhir.
Takkish juga mengatakan bahwa alasan lain mengapa ia mengunggah video tersebut adalah karena ia terkesima dengan cara pegawai kafe merespons sang pria tadi.
Noah bahkan terlihat mengantar pria tersebut keluar dari kafe dan menutup pintu. Menurut Noah, ia tak pernah mengalami perilaku rasialisme sebelumnya dan ia merasa harus melindungi Takkish dan Ammari.
"Memperlakukan mereka dengan tidak baik hanya karena kepercayaan mereka bukanlah hal yang dilakukan orang Amerika," ujar Noah.
Sejak diunggah, video tersebut telah di-retweet lebih dari 24 ribu pengguna Twitter. Dukungan pun mengalir bagi pemilik kafe, Greg Ramsay yang kebetulan tidak berada di sana saat kejadian tersebut berlangsung. Namun, ia mengatakan telah menerima telepon dari seorang anggota komunitas Muslim.
Orang tersebut ingin mengadakan sebuah acara sebagai bentuk dukungan bagi umat Muslim di area tersebut di kafe milik Ramsay, sekaligus ingin mengajak para umat Muslim membeli es krim di kafe itu sebagai bentuk rasa terima kasih.
"Kami telah menerima ucapan terima kasih dari banyak orang," ujar Ramsay.
When you just trying to eat your ice cream but trump supporters won't let you live pic.twitter.com/rW3MI8a2pn
— palestina (@itsdatnunu) May 24, 2016