RS Mitra Keluarga Bagikan Dividen Rp363,8 Miliar
- Antara/ Akbar Nugroho Gumay
VIVA.co.id – PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk sepakat membagikan dividen tunai sebesar 64,2 persen dari laba bersih atau senilai Rp363,8 miliar kepada para pemegang sahamnya, melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST).
Direktur Utama Mitra Keluarga Karyasehat, Rustiyan Oen, mengatakan dividen tersebut setara Rp25 per saham atau 64,2 persen dari laba bersih sepanjang tahun buku 2015 yang sebesar Rp588,5 miliar. Angka tersebut tumbuh 9,7 persen dari tahun sebelumnya.
“Capaian laba bersih tahun lalu mencerminkan rasio laba setelah pajak terhadap penjualan sebesar 27,5 persen jika dibandingkan tahun lalu. Kami juga tidak memiliki utang bank atau instrumen utang lainnya sehingga kas neto per akhir 2015 tercatat Rp2,38 triliun,” kata dia, dalam keterangan resminya kepada VIVA.co.id, Minggu, 29 Mei 2016.
Oen menuturkan, pertumbuhan laba sepanjang tahun 2015 tersebut tidak terlepas dari kontribusi peningkatan pendapatan layanan rawat jalan dan rawat inap yang masing-masing tumbuh 14,1 persen dan 7,9 persen pada tahun lalu.
Perseroan membukukan pendapatan Rp2,14 triliun, naik 10 persen dari tahun 2014 yang sebesar Rp1,94 triliun.
Sementara, katanya, sisa laba sebesar Rp219 miliar dibukukan sebagai laba ditahan dan Rp5,7 miliar akan dibukukan sebagai dana cadangan.
"Untuk dana IPO (initial public offering) sudah terealisasi sebesar Rp156,6 miliar yang sebagian besar untuk membangun RS Mitra Keluarga Kalideres sebesar Rp125,5 miliar. Sisa dana yang ada adalah Rp1,1 triliun yang disimpan dalam bentuk penempatan deposito dan rekening giro," tuturnya.
Di samping itu, Sekretaris Perusahaan Mitra Keluarga Karyasehat, Joyce Handajani, menuturkan perseroan juga akan menambah sekitar 60 tempat tidur tahun ini, sehingga total tempat tidur operasional tahun ini akan berjumlah 1.788 kamar.
“Pelayanan akan kami tambah secara berkelanjutan mulai dari rekrutmen dokter, dokter spesialis, maupun klinik. Kami optimis tahun ini pendapatan masih akan tumbuh di kisaran 10 persen didorong dengan peningkatan jumlah pasien, intensitas rawat, dan kenaikan harga,” ujarnya.